72. masalah selesai

180 4 0
                                    

Sudah satu Minggu adel meninggalkan rumahannya, kevin tentu merasa kesepian, tidak ada lagi suara sinis adel, tidak ada lagi suara cerewet adel, tidak ada lagi tendangan maut istrinya. Tidak ada lagi yang buat ia kesal dengan sikap dan perilaku adel.

"Sayang, kamu enggak ada niatan untuk pulang, David butuh kamu, dia sakit" lirih kevin. Ia menatap putranya yang sedang demam.

"Kamu susul istri kamu, jangan diam aja" marah hardi. Ia khawatir dengan kondisi cucunya.

Kevin menoleh ia menatap keluarganya. "Mah, pah, adel udah---"

"DICOBA DULU KEVIN. ADEL SEORANG IBU DIA BISA MERASAKAN KONDISI ANAKNYA, DIA PASTI MAU KEMBALI" bentak hardi, menatap tajam putra sulungnya.

Vina yang sedang menggendong David yang menangis ia menatap Kevin. "Kamu susul dia---"

"D-david" panggil seseorang wanita cantik menatap putranya.

Semua orang menoleh kaget, termasuk kevin, menatap istrinya yang sudah lama ia tidak lihat wajahnya. "Adel" kaget mereka. Adel tidak menghiraukan mereka, ia mengambil alih David dari gendongan mamah mertuanya, ia mencium seluruh wajah David, mau bagaimanapun David anaknya, ia tidak tega melihat anaknya sakit.

Ia tau David sakit dari sela, yang datang langsung ke kampus. Tentu saja adel khawatir, awalnya ia tidak ingin datang ke rumah kevin, tapi demi anaknya ia mau. Itupun hasil bujukan dari kiki dan sahabat.

Adel menepuk-nepuk pelan david. Ajaibnya David berhenti menangis, dan menatap wajah adel. "Sayang, kenapa bisa sakit, hmm?" Tanya adel mengajak bicara anaknya.

"Hoaaaa..hoaaa" beo david.

Adel terkekeh kecil ia mencium kedua pipi david. "Jangan bikin mamah khawatir, ya" lirih adel memeluk david.

Kevin menghampiri adel, matanya berkaca-kaca. "S-sayang m-maaf" cicit kevin. Yang masih terdengar jelas adel. "A-aku ngaku aku sal---"

"Mah, pah, adel izin bawa David ke rumah mamah wina, ya" sela adel. Menatap mertuanya.

Hardi mengangguk. "Silahkan. Nanti mamah sama papah sering-sering jenguk kalian" ucap hardi. "Bi, siapkan keperluan david" ucap hardi pada pelayan.

Kevin menggeleng keras. "Kamu sama David disini aja, ya, kita urus David sama-sama" ucap kevin.

Adel menatap datar kevin. "Aku mau nenangin diri, kak, aku janji aku enggak bakal larang kakak untuk lihat kondisi david" ucap adel serius.

"Tap---"

"Kak, aku janji, aku janji akau bakal kembali lagi kesini, aku cuma kangen mamah papah aku" potong adel. Ia langsung mengambil tas keperluan david. Ia keluar rumah dengan perasaan aneh.

***

Adel sampai di rumah mamah dan papahnya, rumah yang sudah lama ia tidak kunjungi. Ia langsung masuk kedalam rumah, tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

"Mah, pah, adel pulang" teriak adel.

Sandi yang sedang di dapur ia langsung ke ruang tengah, saat mendengar suara yang sangat ia kenali. "Sayang" kaget sandi ia menatap adel kaget. "Kenapa enggak bilang dulu kalau mau kesini?" Tanya sandi. Sambil mencium dahi adel, bergantian dengan David.

"Sengaja, mau kasih surprise, hehe" kekehnya.

Wina datang ia melotot kaget. "Adel, ya ampun, kenapa enggak bilang dulu kalau mau kesini" tanya wina. Mengambil alih david.

"Surprise, mah, jagain david dulu, ya, adel mau istirahat, capek" ucap adel. Belum sempat membalikkan tubuhnya, lengannya langsung dicekal sandi.

"Kemana suami kamu?, Kenapa enggak kesini?" Tanya sandi. Ia curiga kalau adel sedang bertengkar dengan suaminya.

"Lagi sibuk ker---"

"Mah, pah, Kevin disini" sapa kevin masuk kedalam rumah, ia tersenyum tipis.

Adel menoleh kaget, kenapa kevin mengikutinya sih. "Mau nga---"

"Kirain kalian bertengkar, papah udah mau marah-marah sama adel" ucap sandi.

Adel menatap papahnya. "Kenapa adel yang diomelin?" Tanya adel.

"Karena kamu yang selalu buat masalah, bukan kevin" sahut wina.

Adel menatap kedua orangtuanya dengan tatapan kesal. "kalian enggak tau aja kelakuan dia dibelakang" sinisnya, ia langsung naik kelantai atas.

Wina dan sandi geleng-geleng kepala. Mereka mengajak duduk menantunya diruang tegah. Wina menatap menantunya yang terus menunduk, seperti sedang gelisah.

"Kamu kenapa?. Lagi marahan sama adel?" Tanya wina.

Kevin mendongak ia mengangguk kecil. Ia mulai menceritakan semuanya tidak ada yang ia sembunyikan sama sekali. "Kevin bersumpah, kevin enggak selingkuh, mah, pah, itu chet iseng kayanya. Mana mungkin kevin selingkuh dari adel, sedangkan kevin sangat mencintai adel. Walaupun adel sering buat kevin marah, kesal, kecewa. Tapi kevin selalu memanfaatkan dia" jelas kevin.

Sandi mengangguk kecil. "Kamu sudah punya bukti yang kuat?"

Kevin mengangguk. "Dia masih tetap enggak percaya, dia bilang itu hanya akal-akalan kevin."

"Tenang aja, adel udah maafin lo, dia hanya butuh sendiri, dia gengsi bilang maaf sama, lo" ucap alek ikut bergabung.

Kevin menatap kakak iparnya. "Tau darimana?" Tanya Kevin.

"Dia lagi ada masalah yang menurut dia sangat besar. Gue enggak bisa ceritain masalah apa, yang jelas ia marah banget sama lo, walaupun lo enggak salah, awalnya dia ngira lo benar-benar selingkuh, tapi dia mikir lagi, lo enggak bakal selingkuh. Tapi karena masalah itu, buat dia Tambah kesal, jadi dia lampiaskan kekesalan sama lo" j las alek panjang lebar.

Kevin mengeruk kepalanya. "Gue enggak paham, bisa jelasin lebih singkat dan jelas?" Pinta kevin.

Alek menatap datar kevin. "Malas. Intinya gini lo harus banyak bersabar, kalau lo cinta adel"

***

Setelah makan malam adel langsung masuk kamar, ia malas mendengar ceramah kedua orangtuanya, yang terus membujuk dirinya. Kevin mengikuti adel dari belakang ia mengunci kamar.

Kebetulan david tidur bersama mertuanya, jadi ia bisa leluasa menjelaskan semuanya, kalaupun adel membentaknya tidak akan membuat David kaget.

Kevin memeluk tubuh adel dari belakang. "Jangan marah terus, saya udah jujur sama kamu, gini deh, kalau kamu mau saya enggak usah peganga handphone. Tapi gimana saya kerjanya" ucap kevin bingung sendiri.

Adel berusaha melepaskan pelukan suaminya yang sangat erat. "Lepas. Apaan sih, jangan kaya gini aku enggak suka" kesal adel.

Kevin menarik adel duduk di kasur. Menatap adel lekat, Adel yang ditatap ia langsung memalingkan wajahnya, ia tidak bisa bertatap terlalu lama dengan seseorang, mau itu suami, atau kedua orangtuanya. Bisa-bisa pertahanan ia jadi runtuh.

Kevin menangkup wajah adel agar menatapnya. "Cerita sama saya yang sebenarnya, kamu udah maafin soal chet itu, kan?. Kamu punya masalah lain?" Tanya kevin.

Adel memejamkan matanya, air matanya mengalir. "Jangan tanya itu, aku jadi nangis, hiks" isak adel menepis tangan kevin.

Kevin tersenyum tipis. Ia langsung memeluk adel. "Nangis aja sepuas kamu, aku enggak bakal suruh kamu berhenti"

Adel semakin menangis tersedu-sedu. "Hiks, kenapa dia jahat banget, aku enggak suka, aku benci dia, aku marah, kesal, kecewa. Tapi aku enggak bisa nunjukin marah aku sama dia, jadi aku marah sama kamu aja, karena kamu yang selalu bersama aku, hiks, aku benci sama diri aku sendiri, kenapa aku bisa egois" isak adel.

Kevin setia memeluk tubuh adel. Tidak terasa sudah satu jam mereka berpelukan, adel masih terus menangis. Adel menatap kevin dari bawah, ia sedikit kasihan.

"Kak, aku udah tenang" ucap adel melepaskan pelukannya menatap Kevin lekat. Ia memajukan wajahnya mencium bibir kevin.

Sontak kevin melotot kaget. Melihat reaksi kevin adel hendak melepaskan ciumannya, kevin langsung menahan kepala adel, ia memperdalam ciuman mesra mereka berdua. Dan mereka melakukannya....!

***

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang