89. kebencian david

142 7 1
                                    

Sela dan adel sedang asyik menonton drama Korea, sudah lama mereka tidak menonton bersama seperti ini, sedangkan david, hardi, dan vina sedang jalan-jalan ke mal, membujuk david yang terus sinis menatap adel dan kevin.

Sedangkan kevin sedang ngobrol bersama, adel juga heran kenapa mereka akur sekali, walaupun memang mereka kadang ngobrol bersama, tapi tidak se asyik sekarang ini. Sampai-sampai adel heran sendiri.

Kevin melirik adel yang terkekeh renyah melihat aktris yang tampan, kevin mendengus kesal, sialnya, ia tidak bisa marah atau menghentikan istri dan adiknya yang asyik menonton drama yang menurutnya tidak penting dan hanya buang-buang waktu saja.

Dylan pamit pergi karena ada urusan di rumah sakit. Ya, dylan sudah menjadi dokter terbaik dengan nilai kuliah tertinggi.

"Sayang, udah dong jangan nonton itu terus mendingan manja-manjaan sama aku" rengek Kevin, duduk di samping adel.

Adel dan sela menoleh menatap kevin. "Lebay banget sih abang ini" ucap sela menatap abangnya dengan tatapan jijik.

Kevin menatap datar adiknya. "Terserah abang dong, kamu iri, ya, haha makannya cepat nikah sana" ledek kevin tak mau kalah.

"Aunty sela, david pulang bawa mainan" teriak david berlari memeluk sela.

Kevin dan sela saling berpandangan, mata sela berkaca-kaca menatap david yang sekarang lebih akrab pada sela, ketimbang dirinya, mamah kandungnya.

"D-david, mamah tidak di peluk?" Tanya adel menatap anak sulungnya sedih.

David menggeleng, ia melipat kedua tangannya di dada, menatap kevin dan adel bergantian. "David tidak sayang kalian, david cuman sayang sama, om dylan, aunty sela, omah vina, opah hardi, opah sandi, omah wina, om alek, aunty alea" ucap david menyebutkan semua keluarga.

Sela yang memang sensitif semenjak hamil ia meneteskan air matanya, menatap david. "hiks, ko gitu sih, mamah kan yang mengandung dan melahirkan kamu, ko mamah tidak di sayang" tanya adel lirih.

"Karena mamah jahat, mamah meninggalkan david waktu bayi, dan mamah sekarang hamil dan sebentar lagi david punya anak, mamah pasti akan meninggalkan david kembali, david tidak suka, david benci mamah, lebih baik mamah pergi david tidak butuh mamah" teriak david.

Deg.

"DAVID JAGA UCAPAN KAMU" bentak kevin, menatap tajam david yang ketakutan.

Adel semakin terisak ia mengangguk kecil. "M-mamah m-minta m-maaf, mamah mengaku mamah salah, david boleh benci sama mamah, ko, asalkan david bahagia itu lebih dari cukup" isak adel, ia berlari masuk kamar, dengan perasaan campur aduk, ia tidak menyangka kalau david akan benci pada dirinya, hanya karena masalah ia hamil, dan ternyata david juga memiliki rasa dendam pada dirinya. "Del, harusnya lo sadar kalau lo enggak dibutuhkan lagi disini, anak lo aja benci sama lo" lirih adel.

Kevin menarik david, menatap tajam anaknya. "Maksud kamu apa?, Kenapa kamu bicara seperti itu sama mamah kamu?, Bagaimana kalau dia meninggalkan kita lagi, memangnya kamu mau, HAH?" marah kevin.

Hardi dan vina yang memang baru masuk, mereka keheranan kenapa Kevin membentak anaknya. "Vin, kenapa kamu bentak david?" Tanya hardi tidak suka.

Kevin menceritakan semuanya dari awal, hardi dan vina menatap david yang menangis di pelukan sela. "Bagaimana kalau adel ninggalin kevin lagi, mah, pah, kevin tidak sanggup" lirih kevin.

"Kita berdoa saja semoga adel tidak memiliki pikiran yang tidak-tidak" ucap hardi kurang yang dengan ucapannya sendiri.

***

Adel menatap kosong depan, saat ini ia sedang berada di balkon kamarnya, mereka menginap di rumah mamah vina dan hardi. "Ternyata kesalahan yang dulu pernah gue lakuin kesalahan yang buat anak gue sendiri benci, memang kehadiran gue disini enggak dibutuhkan mereka, termasuk david, anak kandung gue sendiri, apa ini karma dari tuhan, dulu pas david lahir gue benci david, bahkan gue ada niatan buat bunuh dia, dan sekarang sebaliknya, david benci gue bahkan dia tidak ingin gue berada di dekatnya, gue terima karma ini" adel menyekat air matanya ia menarik nafas dalam-dalam.

Mengelus perut ratanya. "Kali ini kamu yang akan kekurangan kasih sayang papah, nak, karena kita akan pergi dari sini, dulu abang kamu yang kekurangan kasih sayang mamah" lirihnya sebelum ia masuk kamar.

Adel merebahkan tubuhnya di kasur menarik selimut sampai dadanya, menoleh ke pintu yang didorong dari luar, ia melihat jelas wajah khawatir kevin. Karena seharian ia tidak mengizinkan siapapun masuk kedalam kamar, termasuk kevin sendiri.

"Kam---"

"Enggak papa, kak, aku baik-baik aja, tadi aku cuman mau sendiri aja, aku mau istirahat tanpa di ganggu siapapun" potong adel, ia tau arah pembicaraan kevin.

Kevin memeluk tubuh adel. "Jangan di masukin kedalam hati ucapan david, dia masih anak kecil dia lagi emosi makanya dia bilang kaya gitu, tapi dia udah minta maaf ko, cuman dia takut bilang langsung sama kamu, makanya dia suruh aku bilang maaf atas nama dia" jelas kevin.

Adel mengangguk pelan. "David enggak salah, aku yang memang jahat sama di----"

"Stop, aku tidak mau kamu ungkit Masalah yang sudah berlalu" potong kevin.

Adel mengusap rambut Kevin. "Obatnya diminum teratur, ya, jangan bergadang, harus tetap semangat apapun yang terjadi, perjalanan kakak masih panjang, jangan sia-siakan waktu kakak, jan---"

"Ko kamu ngomong gitu sih?, Memangnya kamu mau kemana?, Kamu enggak bakal ninggalin aku lagi, kan?" tanya kevin khawatir.

Adel menggeleng pelan "aku cuman ngingetin kamu doang, kak, memangnya kamu enggak mau aku perhatian sama kakak?" tanya balik adel.

Kevin menatap adel lekat, ia menarik adel agar duduk menghadapnya. "Kamu jawab jujur sama aku, kalau kamu mau ninggalin aku lagi, kan?" curiga kevin.

Adel menggeleng pelan, ia terkekeh kecil. "Haha, mau pergi kemana lagi?, Aku enggak bakal pergi dari kalian" ucap adel.

Kevin bisa melihat wajah adel yang tidak seperti biasanya. "Kalau kamu pergi ninggalin aku, gimana?" Lirih Kevin.

"Ya, enggak gimana-gimana, kamu rawat kevin sebaik mun---"

"Sayang, aku enggak suka, ish" kesal kevin.

Adel terkekeh geli, ia menarik pelan hidung mancung Kevin. "Tetap jadi kevin yang kuat, jangan pernah berubah, jangan pernah berhenti untuk menjadi lebih baik, jangan pernah menunggu yang tidak pasti"

"Kamu kenapa sih, bilang sama aku" kesal kevin.

"Aku mau pergi kak"

****

satu hati 2 pria [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang