25. Egg Benedict

488 66 31
                                    

.

.

.



Roseanne Park




"Rosie.. Sepertinya tahun depan aku akan pindah ke Sydney."

"What? Why?"

"Aku pindah kerja ke kantor sana. Bagaimana ya?"

Rosie dan kakaknya, Alice sedang menonton televisi tepat setelah 15 menit Alice pulang. Dan ditengah menonton serial netflix bersama, tiba-tiba hal mengejutkan keluar dari mulut Alice. Membuat Rosie sendiri tidak siap mental.

"Ya, kenapa harus Sydney sih? Itu kan jauh sekali Unnie. Terus aku gimana?"

"Kamu kan sudah 27 tahun Rosie." Alice malah tertawa sambil mengelus kepala adiknya itu. "Sudah bukan anak kecil untuk berani tinggal sendiri kan."

"Tapi Al, itu 879 kilometer dari sini. Kamu tega ninggalin aku sendirian?" Rosie mulai merengek, yang padahal sudah tidak cocok dengan usianya sekarang. Tapi, mau bagaimana lagi, hanya Alice yang ia punya.

"Hei, seminggu sekali aku kesini. Tenang saja." Alice menenangkan adiknya yang mulai berkaca-kaca.

"Tidak mungkin bisa, 8 jam perjalanan terlalu lama untuk bolak-balik seminggu sekali." sanggah Rosie, yang dengan cepat mengira-ngira. Alice mungkin akan kelelahan diperjalanan.

"Kan aku yang lakuin, kamu tenang aja."

"Gak bisakah cari pekerjaan yang lain saja Al? Please?" Rosie sering menyebut Alice tanpa Unnie ketika kesal. Dan saat ini lah waktunya.

"Hmm bagaimana ya, aku sudah punya jabatan disitu. Kalau mau pindah, harus mulai dari awal?" jelas Alice sambil menerawang. Alice bekerja di kantor pengacara, kurang lebih 5 tahunan. Jabatannya sudah naik dua kali, karena itu juga kantor relasi ayahnya dulu.

"Come on Al, ingat pesan ayah dan ibu dulu? Kamu harus menjaga ku dengan baik, jangan pernah meninggalkan Rosie. How is it? Now you're gonna leave me." Rosie mulai mengomel, tapi matanya tidak bisa menyembunyikan kesedihan. Padahal itu juga masih tahun depan.

"Calm down little sis, masih lama. We're gonna figure it out. Okay?" Alice menggenggam tangan Rosie erat-erat. Tentu janji itu terus ia jaga sampai hari ini. "Okay Rosie? Aku masih ingat kok, dan aku hanya ingin bilang sekarang agar kita ada waktu untuk berpikir. Alright? Bisa dimengerti kan?"

"Okay."

Rosie menyandar di bahu kakaknya, sambil menyeka air mata yang tidak bisa dibendung. Sementara mengurangi emosi yang meluap.

"Kamu sangat emosional Rosie, ada masalah di kerjaan kah?"

Rosie menggeleng pelan.

"Hanya.. Hanya teringat ayah dan ibu."

Kini kalimat itu membuat Alice terdiam. Tayangan Netflix itu terabaikan. Hanya sayup volume televisi yang terdengar. Alice mengambil remote dan memindahkan tayangannya dengan yang horor.

"Kenapa diganti?" protes Rosie.

"Aku tidak suka kamu sedih begitu. I'm sorry Rosie."

"Nah, I'll be okay. Sini remotenya."

Diganti kembali ke serial kesukaannya. Lanjut menonton sambil menaikkan selimut yang dipakai keduanya secara bersamaan.

"Kamu masih sering mengunjungi mereka kan?" tanya Alice memecah keheningan.

"Masih. Bagaimana denganmu Unnie?"

"Sudah jarang."

"Bisa-bisanya."

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang