102. Starfish

337 52 20
                                    

.

.

.



"Apa semua berjalan lancar?"

"Pekerjaan sih masih adaptasi, kalau masalah lain, aku sering video call dengan dr Hans seminggu tiga kali."

Lisa tengah membuatkan makan malam untuk Rosie. Dengan mengobrak abrik isi kulkas Alice. Tentu sudah seizin yang punya belanjaan.

"Adaptasinya apa saja?" tanya Rosie yang sangat penasaran bagaimana keseharian Lisa dalam mengurus restoran besar.

"Ya alur kerjanya. Apa saja persiapannya, dan belajar jadi head chef."

"Loh aku kira kamu sudah jadi head chef nya."

Lisa geleng kepala sambil tersenyum.

"Tidak. Bekerja bareng banyak orang membuatku kesulitan. Karena itu aku minta ayah untuk memberi contoh dulu, jadi aku baru jadi eksekutif chefnya. Kalau aku sudah siap baru akan kuambil alih."

Rosie masih sangat bersemangat mendengarkan cerita di setiap perjalanan Lisa dengan fancy restaurant. Kalau saja dulu tidak ada acara break, mungkin akan lain ceritanya.

"Lama-lama pasti bisa. Kamu masih mau berjuang kan?"

"Tentu saja. Belum pulang kalau belum tuntas."

Lisa membalikkan steak sirloin itu karena sudah cukup matang. Beralih membuat saus. Rosie hanya memandanginya saja dari kursi meja makan.

"Tapi.. apa tidak masalah untuk sementara waktu LDR dulu?" tanya Lisa sambil menoleh ke arah Rosie duduk. Wajahnya yang khawatir, disambut senyuman dari Rosie.

"Tidak masalah. Aku yakin kita bisa mengatasinya."

Rosie sudah berdiri dan mencium pipi Lisa kemudian dibalas dengan lumatan ringan di bibirnya.

"Mulai sekarang aku tidak akan bahas masalah kita break up kemarin. Sebagai gantinya.. Kamu harus menelponku setiap hari, setiap malam."

Lisa terkekeh sambil mencubit pipi Rosie yang gemas.

"Aku akan lakukan tanpa paksaan."

Rosie kembali mencium Lisa.

"Aku kangen kamu.." bisik Rosie di telinga Lisa. Terasa hangat sampai membuatnya merinding. Lisa paham kalau itu sebuah kode untuk bersamanya semalaman.

Dielusnya pipi Rosie sampai ke lehernya yang jenjang. Dikecup kemudian jawline Rosie yang nampak sexy.

"Aku tahu kemana arahnya."

"Kemana? Aku hanya minta bermesraan semalaman kok. Hih pikirannya."

Rosie mengetuk pelipis Lisa gemas lalu memeluknya dari belakang. Dan memperhatikan saus yang ada di pan bekas masak daging tadi, sudah mengepul.

"Hmm lapar sekali. Rasanya sangat lama aku tidak makan makanan buatanmu Chef.. Pasti sangat sangat enaaakk."

Rosie terlihat riang, apalagi mencium aromanya yang tidak tertahankan.

"Tunggu sebentar ya nona, 10 menit lagi akan saya hidangkan."

Mereka berciuman lagi. Entah sudah berapa kali. Tapi Rosie hanya ingin hal hal kecil seperti ini dulu. Itung-itung menguji Lisa juga.

Ingin Lisa memintanya kembali bukan karena nafsu belaka. Tapi karena memang dia mencintai Rosie.

"Kamu benar-benar sudah banyak berubah Li. Apa masalah trauma itu sudah sembuh?"

"Sudah lebih baik. Tapi aku tidak berani menyimpulkan, selama bayang Phanita masih ada di kamarku."

"Serius masih ada?"

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang