114. Diamond Ring

264 52 14
                                    

.

.

.



Esok hari tiba dan mereka sudah berada di makam. Rosie tak henti melihat sekeliling. Karena semua terlihat begitu asing baginya. Sedangkan Lisa yang selalu menjelaskan ketika kekasihnya bertanya.


"Makamnya beda karena dikremasi. Tidak dikubur." jelasnya singkat dan jelas.


Tibalah di depan Phanita. Rosie ikut memandangi dan dalam hatinya pilu, karena ya dia masih sekecil itu. Tapi Rosie diam, tidak berkomentar apa-apa. Takut Lisa jadi mengenang masa lalunya lagi.

Dia mendoakan juga dengan caranya sendiri.

"Rest in peace.. little sister."


Lisa masih berada di sampingnya dan masih merasa sedih. Hanya saja tidak ingin ditunjukkan ke Rosie, takut dia khawatir.

Tak lama Lisa mengajaknya pergi. Karena merasa lama-lama disana tidak terasa baik untuknya.


"Are you okay?" tanya Rosie sambil menepuk pundak Lisa.

"I'm fine.. I just.."

"Sad?"

Lisa mengangguk sambil menunjukkan gestur tangan, dengan jari telunjuk dan jempol yang mencubit kecil di udara.

"Sedikit."

"Normal kok, mau berapa lama kita ditinggalkan. Rasanya tetap sedih, dan tidak bisa dihindari."


Sekilas Lisa jadi teringat akan orang tua Rosie yang juga sudah tidak ada. Dikala Rosie masih muda. Lisa meraih tangan Rosie dan menggenggamnya erat.


"Thank you Rosie. I know you can feel it too.. Tapi.. Bagaimana kerasnya aku berjuang untuk melepas seluruh rasa bersalahku... Aku tidak akan bisa."

Hati Rosie merasa pilu dibuatnya.


"I know.. It must be hard."


Rosie memeluk Lisa segera. Mereka kebetulan ada di bawah pohon yang dulu ibu dan Lisa saling bicara.


"Kamu akan menemukan jalan untuk bisa menebus semua itu Li.. Percayalah."


Lisa mengangguk, tidak sanggup berkata-kata. Karena dadanya sesak menahan kesedihan. Entah kenapa rasanya berbeda ketika dia kesini sendiri, dan kesini bersama Rosie.

Perasaannya lebih bisa diluapkan, karena ada seseorang yang akan menenangkan hatinya.

Pelukan itu selesai, dan Lisa menghapus air matanya yang menetes. Rosie menggenggam erat tangannya.


"Let's go find some food." ajaknya. Lisa pun menurut.

"Aku dengar di Thailand makanannya enak-enak. Pasti beda banget kan sama di Australia."


"Kurasa kamu harus coba street food dulu."



.

.

.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang