.
.
.
Mengingatkannya soal Phanita? Apa itu tidak apa-apa?
Rosie hanya terbengong sementara Lisa masuk ke kamar mandi. Alih-alih cemburu, kini malah berganti jadi khawatir Lisa kenapa-kenapa.
Rosie pun memutuskan untuk bertanya pada Daniel, sebagai orang terdekat yang merekomendasikan psikiater ke Lisa. Kali aja Daniel juga bisa menghubungi si dokter untuk bertanya.
"Hai Dan Sorry ganggu. Mau melaporkan sesuatu nih. Penting banget."
Sambil telepon, Rosie berjalan ke balkon dan menutup sedikit pintu kacanya.
"Apa lagi nih Rosie? Gak darurat kan?"
"Gak sih, cuma mau nanya. Ini Lisa tuh habis balik dari jalan-jalan sama Soodam. Terus dia bilang kalau Soodam itu ngingetin dia sama adeknya."
"Ha? Iya dia bilang gitu?"
"He em. Gak apa-apa itu?"
"Ekspresinya gimana? Sedih?"
"Gak sedih sih.. Malah seneng banget keliatannya." jelas Rosie sambil garuk kepala.
"Kayaknya sih gak apa-apa ya. Soalnya dia happy, biasanya kalau ingat malah sedih. Tapi agak aneh juga ya."
"Makanya itu, kamu tanya kek ke dokternya. Lisa belum bicara soal jadwal ke dokter lagi kapan soalnya."
"Iya deh, nanti aku tanya. Ku kabari kalau sudah dapat info. Thank you Rosie."
Telepon pun ditutup. Rosie yang bingung mau ngapain pun mulai membuka isi kulkas Lisa. Melihat ada beer, yang perasaan dia jarang melihat Lisa minum beer.
"Sejak kapan ini nongkrong disini?" omelnya. "Musti diinterogasi ini sih."
Lisa sepertinya harus siap-siap menerima omelan tambahan dari jiwa emak-emaknya Rosie.
***
"Kamu minum beer ini? Dari kapan? Kenapa? Bilang karena kutinggal lagi?"
Pertanyaan bertubi-tubi diterima Lisa ketika baru keluar dari kamar mandi.
"Pelan-pelan dong. Satu-satu dulu kenapa."
Rosie pun malas ngoceh ulang, dia bawa itu satu kaleng bir dingin dan menyodorkannya ke Lisa.
"Yelah, kita kan tidak dilarang minum itu." jawab Lisa santai, sambil menggosok kepala, mengeringkan rambutnya.
"Tapi kan kamu gak boleh konsumsi ini sering-sering. Gak baik buat kesehatan."
"Caffein juga tidak baik kalau banyak-banyak."
"Ih kok ngejawab sih. Yang ngajarin siapa kayak gitu?" Rosie mulai sewot. Namun Lisa malah mendekapnya dengan rambut yang basah dikibaskan depan muka Rosie.
"Apa sih Li, aku serius."
"Maaf, tapi aku hanya bercanda. Itu sesekali, tidak setiap hari sayang. Santai lah."
Tambah dekat dengan Soodam malah jadi slengean gini sih?
"Makanan ku mana?" tanya Rosie setengah merengek. Antara kesal dan binging mau ngapain.
"Iya akan ku buat, kamu mau apa?"
"Apa aja lah, kepalaku pusing."
Rosie pun berbalik badan, dan ingin rebahan di sofa. Tapi kedua tangan Lisa melingkar di pundak nya, menariknya mundur. Lisa memeluknya dari belakang, lalu mencium pipi Rosie.

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
FanficKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...