53. I appreciate it

321 49 6
                                    

.

.

.




"Nih tempatnya, sendiri bisa kan?"

"Temenin kenapa sih."

"Ya elah Li, kamu kan udah gede."

"Gak ada hubungannya Dan, Please lah. Yok."

Daniel pun tidak kuasa menolak keinginan Lisa. Ia sebelumnya sudah memberikan jadwal kepada Lisa tapi Lisa minta diantarkan ke lokasi.

Dan kini ia pun harus ikut masuk ke dalam. Lisa memang tidak semandiri kelihatannya.

Di dalam sana sembari menunggu dokter Hans selaku psikiater yang direkomendasikan Daniel, mereka duduk bersebelahan.

Lisa agak cemas karena harus mengulang hal yang ia wajib ceritakan. Bolak balik Lisa memainkan jari jemarinya sendiri. Daniel yang terganggu kemudian meraih tangan Lisa dan ditangkupkan dengan tangan sebelahnya. Menenangkannya sejenak dalam genggaman tangan Daniel yang besar itu.

"Kalau ada yang lihat, nanti kamu dikira pacarku." gumam Lisa sambil terkekeh.

"Biar saja. Kan hanya dikira."

"Haha, aku ingat kalau ayah pernah merekomendasikan dirimu jadi pacarku. Lucu sekali."

Daniel pun melepas tangan Lisa dan pasang wajah bete.

"Aku adalah calon terbaik dari chef Pierre tau."

"Jangan-jangan kamu yang membujuknya ya?" tanya Lisa mulai menggoda Daniel.

"Enak saja, mungkin chef lihat aku sangat baik dan perhatian pada putrinya."

"Hmm begitu ya."

Lisa masih sok ngangguk ngangguk, agar Daniel tidak salah tingkah.

Entah mengapa dengan perasaannya yang tidak peka itu, Lisa merasa ada sedikit rasa ketertarikan Daniel kepadanya. Sayangnya dulu Lisa bukan seorang yang mementingkan kebutuhan perasaan.

Sampai semua itu tertembus oleh wanita cantik dan mandiri seperti Rosie.

"Miss Lalisa?"

Keduanya berdiri, ketika nama Lisa dipanggil oleh dokter Hans. Dia berjabat tangan dengan Lisa dan Daniel bergantian.

"Silahkan, ke dalam saja. Mau teh atau kopi?" tanya sang dokter menawarkan minuman, agar lebih nyaman.

"Kopi."

Jawab keduanya berbarengan. Lalu saling bertatapan karena kekompakan yang tidak direncanakan. Mereka tertawa pelan.

"Mari."

Mereka pun masuk dan praktek dokter itu memang memakai rumah pribadi dokter Hans yang terlihat bersih, nyaman dan cozy. Karena letaknya yang ada di tengah garden, jadi lebih tenang. Sang dokter memang ahlinya menata tempat yang membuat orang nyaman berbincang dengannya.

Dan proses menceritakan kembali itu berlangsung kurang lebih 1 jam.

.

.

.





Rosie _ Sayang, aku sudah sampai lokasi. Sedang apa? _

Rosie mengirimkan pesan itu pukul 10 pagi. Dimana Lisa masih sibuk di rumah si psikiater, jadi tidak sempat membalas pesan dari Rosie.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang