30. Cocktail

338 57 14
                                    


.

.

.



Roseanne Park



"Lisa? Kamu benar tidak marah kan?"

"Tidak, hati-hati ya pulangnya."

Rosie menggenggam kedua tangan Lisa di depan cafe. Tidak peduli ada yang melihat atau tidak.

"Yakin?" tanyanya meyakinkan lagi. Lisa mengangguk pelan, tanpa menarik genggaman tangan Rosie darinya. "Look, aku minta maaf jika sudah mengalihkan perhatian ke hal-hal yang tidak terlalu penting. Jadi membuat mood mu jelek."

Lisa tersenyum mendengarnya, dia melepas genggaman tangan Rosie ketika ada yang lewat.

"Tidak, bukan soal itu."

"Lalu soal apa?"

"Ehm maksudku, aku sudah tidak mempermasalahkan itu."

Rosie sulit menerima ucapan Lisa karena melihatnya masih terkesan menyembunyikan sesuatu. Rosie tidak ingin kehilangan momen itu, karena jujur Rosie sedang merasa bahagia habis berkenalan dengan ayahnya Lisa.

"I'll see you tomorrow?"

"Okay."

Keduanya sempat bertatapan lama, sampai Daniel muncul dari ujung jalan menuju cafe.

"Mulai go public ya?"

Tatapannya langsung lepas, dan Rosie memukul pundak Daniel karena sudah mengagetkannya.

"Apa sih, orang gak ngapa-ngapain." kata Rosie. "Udah ah, aku balik dulu."

"Loh kok pulang, aku baru datang juga." Daniel menahan Rosie dan Lisa hanya bisa memperhatikan keduanya bercengkrama sudah begitu akrabnya.

"Sudah mau tutup. Ngapain juga aku masih disini. Ngerusuhin Lisa aja nanti."

"Gak diantar Li?" tanya Daniel ke Lisa yang membuatnya mendongak menatap Daniel.

"Antar jalan kaki?" tanya Lisa memastikan. Keduanya terkekeh bersamaan. "Sudah mau closing, aku masuk duluan kalau begitu." lanjut Lisa. Namun ketika ia akan masuk ke dalam, ia berhenti dan tersenyum ke arah Rosie.

"See you tomorrow Rosie."



***



"Kamu ngapain? Mau bantuin closing?" tanya Rosie yang pada akhirnya malah diantar Daniel jalan kaki.

"Cuman mau mampir sih. By the way, ayahnya Lisa baik kan orangnya."

"Gak diragukan lagi, aku kira galak. Ternyata gak juga."

Daniel tertawa sendiri sambil melihat jalan yang dilaluinya.

"Aku banyak dibantu oleh beliau. Tapi dulu dia gak banyak omong juga, sama kayak Lisa. Bagusnya sih gak pernah ngomel, dieeemm aja di depan."

Rosie mendengarkan dengan seksama. Daniel lanjut bercerita.

"Tapi sekalinya kesal, langsung main pecat-pecat aja."

"Bagus kan tidak kebanyakan drama."

"Yeah right, semenjak Lisa tidak di resto lagi, chef Pierre jadi berubah. Tidak lagi dingin, dan lebih menyenangkan."

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang