85. Her Birthday

259 55 11
                                        

.

.

.

"Apa ada hal lain yang kamu sembunyikan dariku, Rosie?"

Rosie bingung, dan khawatir. Tidak mungkin menyembunyikan foto-foto Soodam selamanya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengakui.

"Okay.. Aku.. Sebenarnya.."

Lisa sudah mendengarkan dengan seksama, namun Rosie malah diam saja.

"Apa? Kenapa tidak dilanjutkan?"

"Handphonemu ada telepon masuk tuh." kata Rosie sambil menunjuk ponsel Lisa yang menyala-nyala tanpa nada dering di atas meja.

"Abaikan saja."

"Tapi ada nama ibu disitu."

Lisa auto melihat dan benar ibunya menelpon. Ia pun ragu dan tidak ingin mengangkatnya saat itu juga.

"Abaikan saja. Lanjutkan."

"Siapa tahu penting. Angkat dulu saja."

Lisa diam beberapa saat, dan teleponnya juga sudah berhenti. Begitu mau bertanya lagi, Lisa lihat Ibunya kembali menghubungi. Sambil menghela nafas panjang, ia ambil handphone itu lalu mengangkat panggilan itu.

"Ya bu. Ada apa?"

Lisa tidak pindah kemana-mana, dia duduk tenang sambil memandang lurus ke arah Rosie.

"Hmm benarkah? Maaf.. Aku lupa."

Lisa nampak murung seketika, ia tidak lagi memandang Rosie. Kini pandangannya pindah ke bawah. Ia memejamkan matanya beberapa kali sambil mendengarkan ibunya berbicara.

Rosie sendiri tidak bisa mendengar apa yang ibunya katakan. Mereka juga memakai bahasa Thailand yang tidak ia mengerti.

(Anggap aja omongan Lisa itu bahasanya Thailand wkwkwk)

"Akan aku hubungi kalau sudah waktunya. Sorry.."

Lisa pun menutup panggilan dengan mata berkaca-kaca. Rosie dengan cepat memegang tangannya yang ada di atas meja.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanyanya khawatir.

Lisa mulai menundukkan dahinya ke atas meja. Belum mau menjawab pertanyaan Rosie.

Rosie pun tidak bertanya lagi. Mulai berdiri, merangkul pundak Lisa dan memeluknya. Pasti sesuatu yang menyakitkan sudah Lisa dengar.

"Mana bisa aku jujur kalau seperti ini keadaannya. Nanti malah bikin tambah parah."

Wajah Rosie yang dekat dengan pundak Lisa pun bisa mendengar nafas yang cepat. Menandakan Lisa sedang menahan tangisannya.

"You can cry if you want.. Don't hold it."


***


Rosie pun tidak jadi bicara perihal yang sejujurnya tentang Soodam. Ia tahu kalau ditunda, Lisa tidak akan mengerti. Dan tetap akan marah walaupun dia tahu situasi tidak memungkinkan.

"Lisa.. Apa yang kamu dengar? Apa yang ibumu bilang?"

Lisa sendiri sudah tenang. Ia duduk di balkon sambil memegang sebuah tisu.

"Aku lupa kalau hari ini adalah ulang tahun Phanita."

Rosie pun sedikit terkejut. Tapi tidak berani komentar apa-apa.

"Ibu bilang temannya tadi ke rumah, dan memberikan sebuah kado. Mengunjungi makamnya dan meletakkan sebuah sepatu baru untuknya disana."

Air matanya kembali menetes. Segera di lap oleh Lisa sendiri.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang