96. Handshake

260 50 14
                                    

.

.

.



“I'm happy for you…





I have to..”




***




Lisa kesulitan di hari pertemuan dengan kru pilihan ayahnya. Dia sebenarnya belum bisa beradaptasi dengan orang banyak. Mungkin dia sangat hebat jika sendirian, atau hanya bersama satu dua orang yang membantu.

Kini 10 orang bersamanya di dapur. Dan sangat asing.

“Aku butuh waktu lebih banyak untuk mengenal semua kru dapur dengan baik Dad.” pintanya ke Pierre yang memang sudah di lokasi semenjak Lisa memutuskan untuk bergabung.

“Tidak masalah. Tidak perlu buru-buru.”

Pierre lebih banyak menghabiskan waktu bareng Lisa di dapur seharian. Karena ingin melihat menu rekomendasi yang bisa Lisa buat. Pierre tidak akan membuat yang sama dengan yang di Paris atau di Thailand. Semuanya diserahkan ke Lisa untuk hal per menu-an.



***



Dia berada di dapur sampai hampir tengah malam. Dan tidur di lantai 3. Bangunan itu memiliki 3 lantai. Lantai 1 untuk restoran, lantai 2 untuk kru yang ingin tinggal disana. Lantai 3 untuk chef.

Cukup mewah dengan interior serba putih. Menawan dan elegan.

Lisa selesai mencatat semua yang kiranya sesuai. Memikirkan setelahnya, back up menu yang belum dia keluarkan.

Sementara itu, ia jarang melihat ponsel. Apalagi menghubungi Rosie. Rosie sendiri tidak menghubungi nya juga sama sekali.


"Mungkin Rosie pada akhirnya marah juga.

Mungkin menunggu aku yang menghubunginya.

Mungkin juga dia memang tidak mau mengganggu aku.

Tapi melihat apa yang diposting di sosial medianya tadi, kupikir dia pasti sudah merasa lebih baik. Well, aku senang dia tidak lagi menangisi kepergianku. Tapi disisi lain aku.. juga merasa cemburu.

Karena itu aku memutuskan pergi. Jika masih bersama, tentu malam ini aku akan marah-marah dan tidak menerima semua penjelasannya.

Semua itu hanya pekerjaan. Mereka satu kru dan tentu saja bekerja bersama-sama.

Daniel bilang, Rosie jarang ke cafe lagi. Seminggu ini bahkan dia tidak datang, tidak menghubunginya juga. Tidak menanyakan tentang diriku.

Begitu kecewa kah Rosie padaku?

Bagaimana jika aku menghubunginya sekarang?

Ah tidak usah lah.

Nanti aku hanya akan membuatnya merasa dipermainkan.

Aku harus fokus pada penyembuhan diri dan restoran. Itu juga sudah jadi janjiku pada Rosie. Aku akan menjadi seperti yang dia idamkan.

Tapi melihat semua ini, aku tidak berharap masih memiliki ruang saat aku kembali nanti."



.

.

.



Dua hari kemudian..


12.30 am


“Hai unnie, long time no see.”

“Astaga Soodam, kukira siapa. Baru nongol aja.”

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang