103. Strategy

389 55 9
                                        

.

.

.




"Hallo dr Hans.. Aku sudah memutuskan kembali pada kekasihku. Hehe, rasanya jauh lebih baik. Aku juga sudah bisa mengatasi emosiku pada semua protesnya. Apa ini pertanda bagus?"


"Really good Chef Lisa. Anda sudah sangat berkembang. Menjadi lebih baik dari hari ke hari. Jangan putus obatnya dulu ya. Mungkin setelah 3 bulan ke depan, kita akan coba melepasnya perlahan."

"Baik dokter, terima kasih banyak."


Kira-kira begitu obrolan Lisa sewaktu di perjalanan. Dia tidak sabar memberi kabar pada orang terdekatnya tentang kembalinya Rosie padanya.

Tentu karena mereka menyarankan untuk tidak melepaskan Rosie.

Sejenak Lisa memandangi foto-foto kebersamaan mereka kemarin malam. Rosie sungguh bisa membuatnya bergairah kembali. Walau harus jauh darinya sementara waktu.

Tapi Lisa memiliki rencana ke depan bersama Rosie. Dia berharap Rosie menyetujui semua. Tinggal ditunggu tanggal mainnya saja.

"Sekarang aku harus fokus untuk membuka restoran Ayah. Setelah itu, aku bisa bersamanya. Selama yang aku mau."


.

.

.




Paynesville.. 08.00 pm

"Aku siap menjalani latihan untuk jadi head chef, Chef!"

Rasanya kopi yang sedang diminum Pierre ingin disemburkan ke wajah putrinya itu. Muncul-muncul langsung bicara begitu.

"Well... Bukankah selama ini juga sudah planning begitu Lisa?"

"Benar juga sih."

Pierre hanya tertawa berat, tapi langsung menyetujui. Artinya dia harus sudah jadi head chef ketika restoran resmi dibuka. Pierre pun siap-siap untuk kerja keras.

"Dari mana dapat motivasi? Ngapain aja di Melbourne?" tanya Pierre yang meminta waktu untuk menghabiskan kopinya.

"Hmm ada deh.."

Tatapan mata semakin curiga, yang biasanya Lisa cerita kini malah main rahasia rahasiaan.

"Who? Daniel? Serendipity? or .. Rosie?"

Lisa melirik ayahnya ke samping. Rasa hati ingin bilang Rosie dengan penuh kebanggaan. Tapi, Lisa masih tidak berani.

"Apa sih yah. Yang penting kan aku sudah termotivasi."

"Memang, tapi siapa tau aku bisa memberikan sedikit kemurahan hati untuk menyambutnya di keluarga."

Ha? maksudnya apa itu?

Lisa mulai tersenyum sendiri. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk mengakui hubungannya dengan Rosie.

"Nanti juga tau.. Dah ah, aku taruh barang-barang dulu."

Setelah penantian panjang Pierre, akhirnya sedikit-sedikit Lisa sudah kembali seperti sedia kala. Semangatnya membara seperti waktu saat membawanya ke Paris.

Chef Pierre yang tidak sabaran pun memutuskan menanyakannya langsung ke Daniel, intel kepercayaan.

"Ah aku tidak akan tanya, kalau tanya tidak akan dijawab.."

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang