93. Salmon Mentai

240 50 13
                                    

.

.

.


“Lisa.. Good morning.”

Daniel menggeliat meregangkan badan ketika melihat Lisa yang membuka pintu kamar.

“Morning..”

“Udah baikan?”

Lisa ke pause sebentar.

“Udah cukup tidur sih. Kebanyakan kayaknya.”

Lisa menuju dapur dan meminum segelas air putih. Menyisir rambutnya ke belakang, sambil melihat ke arah balkon.

Ia memanaskan air, untuk menyeduh kopi. Daniel hanya bisa bengong melihat penampakan Lisa dengan baju tidur, dan wajah bangun tidurnya yang begitu polos. Lucu dan menggemaskan.

“Mau kopi gak?” Lisa bertanya ke Daniel yang bengong saja.

“Boleh.”

Daniel yang berniat membuka suara pun, sepertinya siap. Karena Lisa terlihat baik-baik saja sekarang. Setelah melewati tidur panjang. Walau matanya masih sedikit bengkak.

“Lisa.. Can we talk about yesterday?”

“Aku tau kamu pasti mau bahas itu.. Okay. Aku dengar.”

Lisa menuangkan kopi bubuk ke corong filter kertas lalu menaruh air panas ke dalam teko hitam. Mengucurkannya dengan perlahan dan memutar.

“Rosie.. Aku pikir dia akan setuju pada syarat apapun yang kamu berikan, asal tidak dengan memutuskan hubungan.”

Daniel to the point saja, mengingat Rosie sudah menjabarkan semua secara jelas kepadanya kemarin.

Lisa seperti menghela nafas panjang. Berat untuk memberi tanggapan. Tentu dia juga sedih, tapi dia tidak ingin Rosie menjadi korban atas ketidakstabilan emosinya.

“Kamu tau aku kan?” tanya Lisa ke Daniel dan dia mengangguk. “Bahkan sebelum kejadian itu.”

“Iya.. Lalu?”

“Begini.. Aku tau betul diriku dulu dan sekarang sangat berbeda.”

Daniel juga ingat itu. Dimana Lisa memang pendiam tapi energi positif dan persaingan sehatnya terpancar lebih dari pada kediamannya.

“Aku ingat, kamu sangat jenius dan selalu membuat gebrakan baru. Tidak seperti anak-anak yang baru masuk.” tambah Daniel.

“Thank you for that. Dan juga aku jarang marah-marah, walaupun sering dicurangi oleh Carl.”

Dia mengerti kemana arah pembicaraan ini. Namun masih ingin mendengar lagi kata-kata dari Lisa.

“Aku ingin kembali seperti itu. Di Thailand kemarin, aku berhasil melewati ketakutanku Dan. Do you believe that?” ucap Lisa dengan raut wajah bahagia.

“Really? Ketemu ibumu juga?”

“Iya.. Dia juga tidak membahas hal-hal yang dulu lagi. Jujur saja, itu meringankan beban di hatiku.”

Daniel mengangguk dan mulai beranjak dari sofa karena kopinya sudah jadi. Lisa jalan perlahan menuju balkon dan duduk di kursinya. Diikuti Daniel berdiri menyandar di tralis besi.

“Aku semakin ingin menyelesaikan permasalahan PTSD ku. Mungkin saja ada peluang untuk sembuh lebih cepat, setelah kembali ke Thailand kemarin.”

“Thats good for you.”

Lisa memandang lurus ke gedung advocado. Yang walaupun sudah tidak ada Rosie di dalamnya, tetap saja mengingatkan dia akan wanita cantik itu.

“Hmm aku ingin sembuh Daniel, aku tidak ingin marah-marah tidak jelas pada Rosie lagi..”

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang