.
.
.
Lalisa Manoban
"Next day, aku sangat excited menantinya datang. Entah mengapa, melihatnya melakukan pekerjaannya itu menyenangkan. Alat-alat yang tidak aku mengerti. Tapi foto-fotonya sangat profesional. Rosie mengirimkan beberapa untukku semalam.
Dan itu sangat indah. Mungkin lampu besar itu juga mempengaruhi.
Sudah terlihat seperti tampilan sampul majalah foodies.
Dia memang fotografer sungguhan. Fotografer paling cantik yang pernah aku lihat. Bahkan di Prancis, tidak ada yang secantik dirinya."
***
Pukul 10 pagi Lisa sudah menanti kehadiran Rosie yang belum nampak. Dia kembali ke dapur karena ada costumer pertama datang. Begitu selesai melayani pelanggannya, dia melihat penampakan Rosie baru datang bersama temannya yang kemarin.
Lisa tersenyum tipis menyambut keduanya. Karena masih sibuk menyiapkan pesanan juga. Dia hanya menunjukkan tempat yang sudah disediakannya untuk sesi pemotretan kedua.
"Wah ini lebih luas. Kemana kamu memindahkan meja kursinya?" tanya Rosie sesampainya ke dalam.
"Ada, di belakang. Tenang, belum banyak yang datang kok." jelas Lisa sambil tersenyum senang.
"Alright, Luc hanya memasangkan ini dan pergi kok." kata Rosie tanpa ditanya Lisa. Lisa hanya menarik salah satu sudut bibirnya tanpa membalas kata-kata Rosie.
Rosie pun menyusul Luca, membantunya siap-siap. Mereka berdua berdiri di sebelah kanan pantry. Tempat Lisa membuat kopi-kopinya. Sedikit bisa Lisa menguping pembicaraan mereka berdua.
"Karena aku sudah membereskan semua pekerjaanku di Advo sampai lembur nginep-nginep sana. Ijinkan aku membantumu kali ini." kata Luca sambil memasang stand softbox yang besar.
"No Luc, aku kan sudah memberitahumu kemarin."
"Ah come on, kenapa sih? Biasanya kamu demen nyuruh-nyuruh bantuin."
"Not today. Not in Serendipity."
Lisa tidak menatap ke arah mereka berdua, tapi obrolan itu terus dia simak dengan baik.
"Why not?"
"Luc, jangan tanya-tanya terus. Lakukan saja apa yang aku minta."
"Alright alright. Tapi kan nanti siang ada pemotretan. Bagaimana?"
"Kamu kan bisa menggantikan aku sementara, tidak ada boss yang mengawasi juga. Bisa kan?"
"Tapi.."
"Tidak ada tapi tapi. Lakukan untukku."
Lisa mulai mengerutkan kening mendengar rengekan Rosie kepada Luca.
"Hmm, gimana ya? Tapi aku takut hasilnya tidak sebagus dirimu."
"Kamu kan paham settingannya, sudah pasti sama. Ayolah, ini hanya pemotretan kecil. Tanpa model pula. Kamu pasti bisa."
Lisa melirik sedikit dan melihat Rosie menepuk pundak Luca. Lalu Lisa mengantar pesanan pelanggannya yang duduk di meja nomor 3. Sembari jalan balik, dia melihat senyuman Rosie pada Luca yang membuatnya tidak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
FanfictionKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...