.
.
.
"Kamu kenapa sih? Diam aja dari tadi."
"Tidak kenapa-kenapa kok."
"Bilang saja, dari pada seperti ini. Aku tidak paham Li."
"Tidak ada yang mau kubicarakan Rosie. Sudah sana ke atas duluan. Aku bisa mengurus ini sendiri."
"Tidak mau, aku mau bantu kok."
Lisa diam, dan sepertinya tidak ingin membuat Rosie menanyakan dirinya yang sedang bad mood. Lisa tidak senang akan kepergian Rosie besok. Seperti ada 40 persen yang tidak ia relakan. Dan ini bukan lagi soal Luca.
Tapi kehadiran Rosie yang mulai membuat Lisa nyaman.
"Sudah kubilang untuk bersikap senormal mungkin. Kenapa susah sekali dikasih tau sih?!"
Lisa berdebat dengan dirinya sendiri, sambil mengelap dapur yang sudah selesai dibersihkan. Kemudian ia melempar apronnya ke keranjang baju kotor. Rosie masih mengelap meja pantry, yang kemudian menoleh ke belakang mendengar suara apron yang dilempar keras ke keranjang.
"Come on, kamu tidak mau cerita, tapi marah-marah sendiri. Kenapa sih?"
Lisa hanya memandang datar ke arah Rosie, lalu menghela nafas panjang sebelum melangkah pergi keatas.
"Lisa.."
Tidak digubrisnya panggilan dari Rosie. Dia pun menyusul Lisa ke atas. Anak itu menuju pintu kamar, tapi mendadak menghentikan langkahnya. Rosie pun heran kenapa Lisa ini.
"Kenapa sih Li?" Tanya Rosie begitu muncul dari anak tangga. Lisa yang tadinya membeku depan pintu, mulai melengos masuk karena tidak ingin berdebat dengan Rosie.
Ia membelakangi ranjang, membuka lemari untuk membawa baju ganti ke kamar mandi. Yang terlihat tidak biasa bagi Rosie, karena biasanya juga ganti di dalam kloset. Rosie pun dengan langkah yang cepat, menyusulnya ke dalam kamar mandi.
Dipegangnya pergelangan tangan Lisa yang akan ke dalam shower.
"Aku tidak apa-apa Rosie! Sudah jangan tanya-tanya mulu." Lisa mulai sewot. Tidak seperti sebelumnya.
"Tidak mungkin. Aku tidak percaya."
"Sudah aku mau mandi, lengket badannya."
"Ya bareng. Ayok."
Dengan segera Rosie melepas pakaian yang dikenakannya, satu persatu tanpa ragu. Sementara Lisa malah sibuk memandangi tubuh Rosie yang bening. Namun dipalingkannya ketika Rosie menoleh kepadanya.
"Buruan dibuka, katanya mau mandi."
"Iya."
Lisa dengan malas-malasan gaya kungkang membuka bajunya juga. Rosie yang tidak sabaran segera membantunya. Awalnya ditolak namun pada akhirnya dibiarkan saja.
Lisa menyalakan shower segera setelah keduanya masuk ke dalam kotak kaca transparan itu. Tidak bisa begitu saja dihindari, lirikan mata masing-masing yang menjelajah tanpa menyentuh.
"Tidak biasanya aku dianggurin gini." kata Rosie yang sedang memakai sabun ke seluruh tubuhnya. Namun dengan gerakan sensual menyentuh tubuh bagian atasnya sendiri perlahan. Lisa hanya bisa menahan nafas.
Apa-apaan sih merayunya pakai fisik.
Agak goyah, tapi Lisa masih mencoba fokus sambil keramas.
"Aku sabunin ya badannya." ucap Rosie yang sudah bersiap dengan sabun mandi diatas shower puff.
"Tidak usah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
FanfictionKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...