84. The Secret

245 49 6
                                    


.

.

.




"Jadi gimana Lisa? Mau terima?"

"I'll think about it.."

Daniel yang masih duduk santai sambil ngopi pun tidak berniat memaksa Lisa untuk menerima. Tapi karena laporan dari Rosie kemarin, yang katanya Lisa bilang sudah siap untuk join, Daniel pun bilang semuanya hari ini.

"Mau mempertimbangkan soal apa?" tanya Daniel lebih detail. Sebagai bahan laporan ke Pierre.

"My health.. Aku ada terapi janji temu psikiater lagi minggu depan."

"Tidak buru-buru kok. Restoran tidak akan dibuka sebelum kamu buat keputusan Lisa."

Daniel memandang ke arah Lisa sangat serius. Lisa akhirnya menganggukkan kepala. Memahami situasi. Tidak marah juga karena Daniel dan Rosie menutupi semua ini darinya.

"Aku akan menghubungimu jika sudah buat keputusan. Hmm mungkin setelah pertemuanku dengan dr Hans."

"Okay!" Daniel tersenyum senang. Setidaknya Lisa sudah mulai membuka pikiran kembali akan keinginannya dimasa lalu.

"Seminggu aku boleh bobok sini kan? di bawah tidak apa-apa deh. Aku juga mau liat resep isian pie nya. Enak banget!" oceh Daniel sambil makan setengah lagi ditemani kopi hangat yang masih mengepul.

"Sure.. Seperti waktu dulu."

Lisa segera beranjak, dan jalan turun ke bawah. "Mandi lah, atau lakukan apa yang kamu butuh. Aku mau kembali ke dapur."

"Alright bos."

.

.

.




Sorenya Rosie datang. Setelah beres semua kerjaan di studio. Dia hanya menyeleksi foto-foto dan menaruhnya pada folder yang berbeda-beda, sebelum diserahkan pada Ashley.

Kemudian mengatur next job dan membuat portofolio ulang untuk diberikan pada perusahaan lain.

"Sore cantik~~" sambut Daniel di depan pintu cafe.

"Astaga Daniel. Kapan datang?"

Rosie berpelukan dengan Daniel yang memang sudah akrab seperti bestie. Mereka pun duduk di luar.

"Baru sejam lalu. Hmm semakin cantik saja." Daniel memuji penampilan Rosie yang memang makin glowing semenjak resign dari Advocado. Pengaruh lebih banyak waktu luang untuk skincare-an.

"Ah gombal aja. By the way. Sudah jadi emang?"

"Baru bangunan dan interior saja. Lainnya menyusul ketika Chef sudah siap bertugas."

Rosie menyeringai, mengingat chef yang dibicarakan adalah Lisa.

"Apa Lisa sudah kamu beritahu?"

"Sudah.. Dia bilang masih mikir dulu. Setelah ketemu dr Hans."

"Kalau dilihat-lihat, kesehatannya juga semakin baik kok. Lisa sering joging di pagi buta."

"Great." Daniel tersenyum lebar sambil menepuk tangan. "Mungkin dia hanya ingin mendengar saran dari psikiater."

"Yeah, a lot of pressure, right?"

"Yes.. Oh kamu mau makan apa? Biar ku traktir." Kata Daniel menawarkan, karena saking senangnya bertemu Rosie.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang