100. I Always Love You

278 58 28
                                    

.

.

.





"Ada yang aku harus katakan padamu.."

"Ya, banyak banget kayaknya tiga bulan kalau mau dirangkum."

Rosie masih saja galak. Waktu dan treatment satu sama lain menjadi penyebabnya.

"Ayolah, berhenti bersikap begitu. Ini tidak sepenuhnya salahku."

"I know. Tapi aku mau menyalahkanmu, kamu juga bisa menyalahkan aku kalau mau."

Lisa menghela nafas untuk sekian kalinya. Sampai dua cangkir kopi mendarat di meja mereka. Lisa mengajak Rosie ke cafe dekat studio Altersky. Mereka duduk di teras.

"Sudah kulakukan. Dan tidak memuaskan hatiku."

"Great! Now what do you want?"

Lisa menyeruput kopi yang tidak senikmat buatannya itu segera.

"Aku hanya ingin menemuimu."

"Iya, sudah bertemu. Lalu?"

Lisa menatap Rosie ragu-ragu.

Come on Lisa.. Nungguin apa sih

"Ehm.. Tidak cukup beberapa jam di cafe ini."

"Lalu mau kemana? Aku harus bekerja jam 11."

"Boleh aku temani?"

Rosie menaikkan satu alisnya. Menatap lurus ke arah Lisa yang pasang wajah datar.

"Are you sure?"

Lisa mengangguk yakin. Lalu Rosie mulai mencicipi macchiato pesanannya.

"Hmm tidak seenak punya Serendipity."

"I know right."

"Disana mulai ramai dari pagi sampai malam.." kata Rosie yang lebih baik mengalihkan pembicaraan dulu. Mengurangi kekesalannya.

"Daniel laporan kalau pesanan pie bisa sampai 100 lebih dalam satu hari." Lisa menanggapi. Sampai Rosie bertepuk tangan.

"Ini juga karena hasil kerjamu yang bagus."

"Begitukah menurutmu?"

"Of course. You did a great job. Kalau tidak sibuk sih aku ingin menambah kontraknya setahun lagi."

"Benarkah? Tapi orang lain yang akan bekerja."

"Maksudnya kamu tidak akan jadi fotografer lagi?"

"Hmm.. I don't know."

Lisa memandang kedua mata Rosie. Gadis itu menurunkan pandangan ke secangkir kopi yang mengepul. Senyuman dan wajah flawless Rosie membuat Lisa ingin sekali menyentuh pipinya.

Rosie masih dengan rambut pirang yang melekat ke jati dirinya. Kulitnya yang cerah, putih cemerlang membuat rindu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"You should do what you really want."

"Yeah.. Sepertinya aku memang lebih nyaman menjadi fotografer daripada atasannya lagi."

"Sama dengan posisi saat di Advocado?"

"Yeah.. Creative director. Aku tidak terlalu suka." Lisa masih menikmati wajah cantik Rosie yang masih menunduk, kadang memandang ke samping.

Mulutnya yang manis membuka sedikit dan membuat tampilan sampingnya sangat menggemaskan.

Mulutnya yang manis membuka sedikit dan membuat tampilan sampingnya sangat menggemaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang