97. Drunk

261 53 18
                                    

.

.

.



Rosie melihat sosial medianya setelah balik dari studio. Sedikit mengerutkan kening melihat nama Serendipity melihat storynya.


"Tidak berkomentar apa-apa, padahal dia lihat orang yang dicemburuinya selama ini terpampang di story Instagram ku.

Hmm mungkin Lisa sudah ingin berubah. Eh! Dia kan sudah tidak punya hak.

Ahh i get it..

Mungkin lebih seru kalau aku selalu memamerkan apapun yang kujalani disini. Toh Lisa selalu memperhatikanku. Sehingga lama-kelamaan dia tidak akan tahan. Hahaha.. Kira-kira akan mengganggu gak sih?

Ah bodo amat! Sosmed sosmed aku kok. Aku bebas mau pasang status apapun."



Rosie terkekeh sendiri di depan Alice yang baru selesai mandi.

"Kamu gak lagi kesambet kan dek?"

Rosie melirik Alice, dan makin tertawa.

"Mau kemana malam-malam gini?" tanya Rosie yang melihat outfit kakaknya itu seperti sedang ingin pergi lagi habis mandi.

"Kencan lah, emang kamu gak punya pacar. Ngejogrok mulu di rumah."

"Sembarangan. Jomblo juga banyak yang ngantri, sorry ya un."

"Iyaaa yang paling cantiiiikkk adek aku.." sambar Alice sambil mencubit pipi gemas Rosie.

"Jangan malam-malam pulangnya. Aku kunciin baru tau?"

Alice segera ke dapur minum air putih dan kemudian bersiap ke depan.

Begitu Alice pergi, Rosie baru ke kamarnya setelah mengunci pintu depan.


"Baiklah. Mungkin memang lebih baik tidak menghubunginya secara langsung. Agar saling introspeksi diri..

Lisa mungkin juga sedang memikirkan aku, hanya saja.. Tidak marah-marah adalah sebuah introspeksi darinya.

Aku akan menganggapnya begitu..

Walau begitu.. Tetap saja...

Aku masih merindukannya setiap malam. I hope she doin fine..

Fighting Lisa.."



.

.

.




Satu bulan kemudian...



Semua menu sudah tersusun rapi. Renovasi sudah jalan 90%, semua alat dapur lengkap seperti mau Lisa. Tapi sementara dia masih menjadi eksekutif chef, dibawah Chef Pierre.

Lisa bilang ke ayahnya untuk tidak langsung memimpin karena masih menjalani terapi bersama dr Hans.

Pierre pun tidak keberatan. Tentu dia akan mencontohkan dulu kepada Lisa. Dan bagaimana menjadi head chef yang baik. Sehingga nantinya dia dapat menggantikannya ketika sudah siap.

"Kita akan mulai minggu depan untuk test pembukaan restoran." jelas Pierre di depan para staff dapur dan juga para pelayan. Manajer juga ada, yaitu seorang laki-laki 30 tahunan. Bernama Giorgio, orang kepercayaan Pierre di Prancis.

Lisa juga mengenal laki-laki itu. Yang selama di Prancis mereka kadang pergi ke bar bareng.

"Percobaan pembukaan hanya untuk promosi awal, dan hanya akan dihadiri oleh orang yang aku undang. Termasuk kritikus makanan, dan beberapa kolega. Jadi kita tidak boleh mengacaukan 3 hari test itu. Bisa dimengerti?"

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang