.
.
.
"Hai Rosie.. Apa kabar?" tanya Chef Pierre yang menemui mereka berdua setelah 30 menit beberes. Tentu bukan mereka yang beres-beres.
"Baik chef, semakin baik malah." sapa Rosie sambil berjabat tangan dengan Pierre. Sedikit canggung karena Rosie sadar kalau Pierre sudah mengetahui soal hubungannya dengan Lisa.
"Gimana hidangannya? Enak kan?" Pierre pun jalan pelan bareng Lisa dan Rosie ke dalam dapur. Pertanyaannya terdengar sangat percaya diri.
"Enak enak chef, luar biasa sih. Mind blowing." ucap Rosie yang mulai terlihat gugup. Dan Pierre mengetahui itu. Membuatnya terkekeh pelan.
"Sudah, tidak perlu grogi begitu Rosie. Aku tidak akan menghalang-halangi kebahagiaan anakku sendiri. Mau dengan siapa juga, apalagi denganmu yang manis, pintar dan sopan."
Pujian dari Pierre bertubi-tubi berhasil melambungkan hati Rosie tinggi sampai ke langit-langit.
"Sudah yah, nanti kaki Rosie tidak napak di tanah." Kini Lisa ikutan buka mulut, karena dirasa Rosie tidak sanggup membalas candaan dari ayahnya.
Rosie memukul bahu Lisa begitu mereka sampai di dalam ruang dimana Lisa bekerja. Rosie memandangnya takjub. Dapur itu begitu luas, bersih dan terang.
"Wuah, keren sekali dapurnya."
"Harus selalu bersih Rosie, apalagi setelah dipakai kerja." tambah Pierre sambil mengusap meja plating dengan ujung jari telunjuk. "Hm bagus bagus."
"Oh iya, tadi chef gak ikut masak ya?" tanya Rosie penasaran. Saking seriusnya obrolan dengan Alice, dia sampai lupa kemana ayah Lisa berada. "Kali aja lagi mantau apa gimana gitu."
"Ohh, aku ada kok. Makan di meja nomor satu." Rosie cukup terkejut karena Lisa memang benar-benar dilepas oleh Pierre. "Lisa harus mengerjakannya sendiri begitu jabatan head chef aku percayakan padanya. Bagusnya dia berhasil dengan itu."
Chef Pierre menghampiri Lisa lalu mengelus kepalanya.
"Aku sangat bangga. Akhirnya anakku bisa menggantikan aku, dan mewujudkan impiannya."
Lisa tersenyum karena merasa puas dengan pekerjaannya. Menu-menu itu tentu hasil kerjanya sendiri, dibantu Pierre yang memberi masukan untuk menyempurnakannya.
"Well, aku akan kembali ke hotel. Dan harus kembali ke Bangkok, ada kendala teknis di restoran sana." jelas Pierre ke Lisa dan Rosie.
"Sekarang chef?" tanya Rosie.
"Yeps. Lagipula Lisa sudah ditemani calon menantu ku. Hohoho. Sampai jumpa lain waktu Chef. Good luck for the grand opening." kata Pierre, lanjut menjabat tangan Lisa. Menepuk pundaknya pelan. Lisa pun memeluk ayahnya segera. Merasa sangat berhasil menjadi anak seorang chef bintang dua michelin.
"Aku akan menjaga Marguerite dengan baik."
"I know you will. Dan Rosie, tolong jaga Lisa. Aku sangat berterima kasih untuk bantuanmu nak." Pierre juga memeluk tubuh kecil Rosie. Yang terasa imut di dalam rengkuhan tubuh Pierre yang besar. "Karena kamu lah yang merubah Lisa sejauh ini. Thank you so much Rosie."
Rasanya sangat terharu. Rosie berkaca-kaca mendengar kata terima kasih dari Pierre. Rasanya begitu tulus. Karena itu Rosie merasa terharu.
"Jangan berterima kasih padaku chef, Lisa sendiri lah yang memilih jalan yang benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
FanfictionKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...