116. Shadow

309 54 21
                                    

.

.

.




Waktu kejadian begitu cepat, seakan tidak cukup untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Orang-orang berkerumun, lalu datang sebuah ambulance yang mengantar kedua korban ke rumah sakit terdekat.

Pengemudi motor itu kabur, setelah menabrak salah satunya. Padahal ia sempat terjatuh, lalu segera bangkit dan melarikan diri. Tidak ada yang sempat mencegahnya, karena terjadi begitu cepat.

Tapi salah seorang saksi telah melihat plat nomor motornya. Ia melapor ke polisi dan menghubungi ambulance. Yang terpenting adalah si korban ini, dan menyerahkan sisanya ke pihak berwajib.



.

.

.



Tiga hari kemudian...




"Where am i?"

Lisa menggumam, setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Sayangnya ruangannya saat itu tidak ada orang. Dengan berat, Lisa mencoba membuka matanya lebih lebar. Ia meringis mendapati kakinya yang di-gips.

Lalu ia memperhatikan sekeliling. Ternyata sikunya juga diperban, dan ada beberapa lecet di pelipis dan pipinya setelah meraba bagian-bagian yang sakit.

Ia baru sadar bahwa kemarin terjadi kecelakaan padanya dan Rosie. Badannya sakit semua, tapi rasa hati ingin keluar dari ruangan lalu mencari keberadaan Rosie.

Ia juga sendirian di ruangan itu.

"Rosie?!"

Teriakan Lisa membuat orang berseragam putih masuk ke kamar. Ternyata seorang suster yang berjaga. Ia mencoba menenangkan Lisa yang ingin turun dari ranjang.

"Rosie? Dimana Rosie?!"

Suster coba menenangkannya untuk kembali rebahan.

"Tenang nona."

"Tidak! Aku harus menemui Rosie, dimana dia?!"

Suster itu memanggil dokter dengan memencet sebuah tombol di dekat tempat tidur. Dengan masih menahan bahu Lisa untuk tidak bergerak, dan nekat turun. Karena terlihat jahitan di sikunya mulai mengeluarkan darah.

Tak lama dokter datang dan melihat kekacauan itu. Segera menenangkan Lisa yang berontak. Gadis itu tidak mau diam dan bertanya baik-baik karena dokter tau, gadis ini terkena sindrom pasca kecelakaan sebelum ini.

Jadi dengan segera si dokter menyuntikkan obat penenang kepada Lisa. Sebelum luka di tubuhnya semakin terbuka.

"Where's Rosie... I wanna... I wanna meet her."

"Tenang nona. Maaf tapi anda harus tertidur dulu."

Sayup suara sekitar semakin menghilang dari telinganya. Ia pun lunglai dan memejamkan mata beberapa menit setelah mengamuk.

Dokter segera memeriksa luka nya yang menjahitnya kembali.



.

.

.


Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang