51. Favourite Lasagna

285 51 11
                                    

.

.

.




Awalnya aku kira hariku akan lebih baik dari semalam.

Tapi suara benturan yang keras, suara teriakan itu. Seolah mendobrak seluruh ingatanku kembali. Setelah semua suara lewat, aku melihat orang-orang mengangkat tubuh yang tergeletak di aspal itu.

Darah mengalir dari pelipisnya. Tubuhnya luka-luka, aku bisa melihatnya dengan jelas. Ya laki-laki itu terlempar setelah satu mobil ugal-ugalan menerobos lampu merah.

Mobil sial yang membuat orang lain sial karenanya.

Harusnya orang itu yang merasa bersalah. Bukan aku. Bukan aku.

Rosie bilang tidak ada yang menyalahkan aku lagi.

Benarkah?

Aku menggigil, aku sulit mengontrol ketakutanku sendiri.

Aku mulai panik.

Semua nampak mengabur, sampai Daniel membawaku ke dalam.

Ya sekarang bahkan kedua anak buahku tahu rahasiaku.

Apa boleh aku merasa berkecil hati? Karena tidak semua orang akan bersimpati. Aku tidak butuh juga.

Harus bagaimana aku sekarang? Pura-pura tidak terjadi apa-apa?

I don't know.

I feel, Rosie and Daniel are enough..




"Lisa?"



"Lisa?"


Aku dengar suaranya yang merdu di sebelahku, tapi aku tidak bisa menjawabnya. Pergilah Rosie. Aku sedang ingin sendirian.


"Lisa.. Apa kamu masih merasa tidak baik-baik saja?" tanya Rosie yang kini mengelus kepala Lisa yang sedang meringkuk di atas tempat tidur.

Gadis itu diam, namun tidak menutup matanya.

"Tentu saja masih. Kamu bahkan tidak mau menjawab pertanyaanku."

Rosie mulai memeluknya, merunduk dan menyandarkan kepala di lengan Lisa di bawah. Lisa sendiri dari pagi itu, bahkan belum mengganti baju yang dia kenakan.

Setelah dikira 15 menit cukup untuk memeriksa keadaan Lisa, Rosie pun memutuskan untuk kembali ke bawah karena Daniel juga belum ngecek. Dia sibuk di dapur karena ditinggal Lisa.

"Aku kembali kerja kalau begitu Li," bisiknya sambil meninggalkan kecupan di pipi Lisa. "Aku tidak bisa jadi obatmu Lisa.. We should go to psikiater. No matter what."

Begitu Rosie berdiri dan mulai membelai tangan Lisa. Tiba-tiba saja tangannya ditahan oleh Lisa. Gadis itu menggenggam jemarinya, tapi masih tidak berkata-kata. Bahkan memandangnya saja tidak.

Rosie hanya berdiri mematung, dia khawatir tapi kata Daniel jika Lisa tidak meresponmu berarti di butuh waktu sendiri.

Tapi kalau seperti ini, dia harus bagaimana?

Rosie pun kembali duduk di tepi ranjang. Mulai naik, memposisikan dirinya tiduran disamping Lisa. Rosie memeluknya dari belakang. Merengkuh Lisa yang tidak tahu sedang ada dimana sekarang.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang