.
.
.
Lalisa Manoban
Cafe sudah tutup pukul 3 sore. Karena masih dalam tahap percobaan, Lisa menutup cafe lebih awal. Para calon karyawan pun bekerja dengan lancar pada hari pertama.
"Pretty good."
Lisa sedang memperhatikan berapa jumlah orang yang datang, serta berapa jumlah menu yang terjual. Dia mencatat semuanya pada tab yang terpasang di kasir. Lalu mengirim laporan itu ke email miliknya.
Dia sudah menutup cafe tapi masih ada yang ingin membeli. Lisa tersenyum senang karena semua berjalan lancar. Promosi memang penting, karena orang yang sudah mencoba makanannya sudah pasti kembali keesokan hari.
"Hm kira-kira besok apa yang gratis? Aku harus memilih menu yang jarang dipesan kalau gitu."
Setelah mengunci pintu cafe, Lisa berjalan ke atas. Untuk mandi dan bersantai.
Dia melepas bajunya lalu mengguyur kepalanya di bawah shower. Sebelum itu Lisa menyalakan musik instrumental. Classic yang menenangkan.
"Rasanya lebih menyenangkan daripada kerja untuk orang lain. Walaupun belum ada pemasukan di awal bulan, tapi ini baik untuk pikiran dan jiwa."
Setelah mengguyur kepalanya, Lisa membersihkan diri dengan sabun, dan juga sampo di kepalanya. Harumnya sangat dia sukai. Lisa sangat suka dengan aroma woody dan floral.
"Eh aku harus menghubungi Rosie malam ini. Sebelum itu aku akan memeriksa pekerjaannya dulu. Gadis itu sangat manis, dan juga bersemangat. Aku harap kerjaannya cocok denganku. Ya, ehm mudah-mudahan."
***
Pukul 7 malam, Lisa sudah bersantai di depan jendela sudut kamar atas. Dia membuat hazelnut latte. Yang dipelajarinya setelah keluar dari Perancis.
"Sudah enak, catat. Ehm kartu nama Rosie, wait aku taruh dimana ya?"
Lisa meraba kantong celananya yang sudah dilempar ke wadah baju kotor, tapi tidak ada.
"Ah di dompet. Dimana dompetku?"
Lisa kembali melihat sekeliling dan menemukan dompetnya di atas kasur. Dia mendesah sambil tertawa kecil.
"Dasar pelupa."
Tapi begitu merutuki dirinya sendiri, raut wajahnya langsung berubah. Senyumannya menghilang, lalu dia menarik nafas panjang sambil memejamkan mata.
***
Tak lama dia kembali setelah mengambil kartu nama dari Rosie.
"Mari kita lihat websitenya.
Wah elegance, ada akun instagramnya. Hmm."
Terlihat beberapa akun cafe dan restoran yang dia pernah kerjakan. Lisa pun kagum pada hasil kerja Rosie.
"Rosie bilang dia bekerja dengan tiga orang saja? Dengan hasil konsisten dan sebagus ini? Mereka pasti sudah profesional, walaupun skala kecil."
Lisa kemudian mengecek instagram Altersky. Tapi dia malah menemukan satu tag dari akun Rosie_Roses. Lisa tersenyum tipis, sembari duduk kembali di pinggir jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
Fiksi PenggemarKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...