.
.
.
Hari ini kita mengemas barang Rosie dan mengantarnya ke rumah. Katanya Alice akan kembali pukul 5 sore. Pagi itu Rosie menanyakan kenapa aku menangis. Tapi aku memilih untuk tidak menjawab dan menjelaskan apa-apa.
"Wae Lisa?"
"Apa?"
"Semalam kenapa?"
"Ingat rumah saja. Sudah ya jangan ditanyakan terus."
Mereka sudah setengah perjalanan menuju rumah Rosie dan Alice. Dan Lisa memilih untuk tidak menjelaskan detail karena tidak ingin sedih lagi. Tentu akan bisa dimengerti setelahnya oleh Rosie.
"Ingat adikmu?"
"Sudah kubilang jangan ditanyakan lagi."
"Okay okay sorry." kata Rosie. "Aku hanya peduli, karena tangismu terdengar sangat pilu. Maaf."
"Tidak perlu minta maaf."
Sesampainya di rumah, mereka pun masuk dan menaruh tas Rosie di kamarnya. Ya memang tidak kotor-kotor amat, hanya debu yang masuk ke dalam dan teras rumah saja. Rosie putuskan untuk membersihkan halaman dulu.
"Hm, aku luar, kamu dalam gimana?" Rosie menawarkan.
"Tidak masalah."
"Cool."
Tanpa banyak makan waktu, mereka segera bersih-bersih sampai setidaknya terlihat seperti Rosie mengunjungi rumah tiap hari.
Ketika bersih-bersih meja ruang tengah, Lisa melihat beberapa foto terpajang di sana. Berbingkai sedang dan ada yang kecil seperti yang dia punya. Ada foto Rosie dan keluarganya sewaktu kecil. Ada juga foto Alice dan Rosie saja. Dan satu foto yang diambil Rosie ketika mereka piknik keluarga di sebuah taman.
Sungguh potret keluarga yang harmonis, bahkan setelah orang tuanya tidak ada. Melihat Rosie dan Alice membuatnya teringat pada dirinya dan Phanita. Mereka yang memang begitu dekat. Lisa bisa menceritakan banyak hal ke adiknya yang terpaut lima tahun darinya itu dengan leluasa. Selain Phanita juga sering tanya kepadanya.
Walau katanya dia dan adiknya tidak terlalu mirip. Lisa kini tahu apa penyebabnya. Lisa tersenyum getir. Dia tahu, fakta itu tidak akan merubah rasa sayangnya pada Phanita. Kalau saja dia masih ada.
Lisa pun kembali menangisi kepergian Phanita. Ia menghapus air matanya dan berpaling dari potret itu. Lisa menengadah dan berusaha menarik nafas dalam. Sebelum Rosie kembali dan mempertanyakan kesedihannya lagi.
***
09.00 am
"Ah kupikir akan banyak hal yang dibereskan, ternyata hanya segini." kata Rosie setelah selesai bersih-bersih seluruh rumah. "kalau gitu kan aku bisa gak ngerepotin kamu."
Mereka berdua duduk di sofa ruang tengah dengan pintu yang terbuka. Mempersilahkan udara masuk. Dengan kepala ROsie menyandar di bahu Lisa ketika Lisa merentangkan tangan kirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
FanfictionKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...