117. Taste of Love END

394 60 32
                                    

.
.
.

Setelah kejadian kemarin, alhasil mereka harus berada di Thailand sepuluh hari. Sampai chef Pierre pulang ke Bangkok saat dikabari oleh ibu.

Mereka pun sudah kembali ke rumah, setelah diperbolehkan pulang. Lisa harus pakai tongkat untuk membantunya berjalan.

“Dokter bilang, akan sembuh total sekitar 4-5 bulan ke depan.” jelas Rosie yang baru sampai di rumah Lisa.

“Alright.”

“Kamu yakin mau kembali ke Australia? Apa tidak lebih baik disini dulu?” tanya Pierre yang sudah duduk di sofa bareng yang lain. “Kan Marguerite sudah diurus Daniel.”

“Tidak yah, nanti Serendipity terlantar. Lagian aku hanya memantau, tidak memasak.”

“5 bulan tidak terlalu lama. Tidak perlu memaksakan diri Lisa.” Ibunya juga membujuk.

Lisa pun tersenyum pada kedua orangtuanya.

“Kenapa tidak ayah yang di rumah saja?”

Pierre mengerutkan kening mendengarkan pernyataan Lisa.

“Ayah bisa stay di rumah menemani ibu. Sudah ada orang-orang kepercayaan juga di Paris. Sudah tidak perlu memasak.”

Ibu menyetujui tentunya. Karena memang ingin harinya tidak ditemani pengurus rumah saja.

Dengan saling melempar tatapan mata. Akhirnya ayah menyetujui.

“Kalau begitu kamu yang harus tanggung jawab, ayah akan mempersiapkan diri dulu. Kalau sudah beres, ayah bisa menyuruh head chef menyerahkan laporan kepadamu. Siap?”

Lisa mengangguk yakin.

“Selain itu, ayah juga harus mengajarimu mengurus 4 laporan dari restoran yang berbeda. Jadi.. belum bisa pensiun kalau kamu belajarnya lambat. Paham?”

Rosie malah tertawa di sebelah Lisa.

“Dengar tuh. Belajar yang rajin.” bisiknya.

“Iya tau.”

“Jadi ayah tetap akan ikut ke Australia, lalu kembali ke Bangkok jika semua beres.”

Mereka menyetujui, termasuk ibu. Yang tentunya senang karena ayah akhirnya memikirkan tentang pensiun. Karena usianya yang sudah kepala 6.

“Lusa kita balik. Aku akan pesankan tiket untuk 3 orang.” kata Rosie.

“Ibu boleh ikut tidak?”

Ketiga pasang mata pun menatap si ibu. Tak lama saling lempar senyum.

“Tentu boleh. Ibu bisa stay di cafe.” kata Lisa.

“No no, ibu akan ke Marguerite saja. Disana sangat indah pokoknya.”

Tentu dengan rayuan itu, si ibu lebih memilih Marguerite dari pada Serendipity.

.
.
.

Sekembalinya ke Melbourne, Lisa Rosie turun di Melbourne dan berpisah di bandara dengan orang tuanya.

Mereka pun langsung menuju cafe untuk beristirahat. Tapi baru saja sampai depan jalan, Lisa baru ingat sesuatu.

“Hm sepertinya aku tidak bisa tinggal di cafe.”

“Kenapa tidak? Eh… Benar juga.”

Keduanya saling lempar pandangan, lalu tertawa sendiri.

“Kalau begitu kamu diatas saja terus, gak usah turun.”

“Mana bisa. Nanti siapa yang mau mengecek cafe?”

“Cek apa saja emang?”

Rosie pun mengajaknya duduk di kursi depan cafe yang belum buka.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang