32. Tragedy

402 52 31
                                    

Lalisa Manoban

Semilir angin sore itu, membuat Lisa terduduk di ujung anak tangga. Tepat di depan rumah Rosie dan Alice. Ada kursi di samping pintu, namun Lisa enggan duduk disana.

Semakin gelap, dan langit mulai berubah orange yang pekat. Golden hour yang jarang terlihat, Lisa menikmati moment itu. Kebetulan sekali rumah Rosie menghadap langsung ke arah tenggelamnya matahari.

“Seandainya aku bisa menyimpannya lebih baik, aku yakin Rosie tidak akan terlibat pada semua ini.
Dan entah aku ini kenapa.
Aku terikat pada deritaku sendiri, sampai melupakan Rosie yang pastinya juga memiliki kesedihan yang tidak diungkapkan.

Aku mencintainya...

Tapi apakah aku yang seperti ini, pantas untuk bersamanya?”

Tak lama mobil sedan klasik Alice mulai terlihat dari ujung gang. Tepat lampunya menyorot wajah Lisa yang membuatnya bangkit dari posisi duduk.

“Lisa? What are you doing here?” tanya Alice yang keluar duluan. Disusul Rosie yang hanya terdiam melihat Lisa.
Lisa yang masih mengenakan kemeja putih berbalut jaket tebal yang biasa dipakai untuk kerja pun terlihat senyum canggung di hadapan Alice.

“Aku mengantarkan ini.. Untuk Rosie.”

Lisa menyodorkan satu kotak cheesecake yang bisa terlihat dari lubang kecil di atasnya.

“Wah dari siapa?”

“Dari.. ku.”

Alice terlihat melebar senyumnya. Lalu menoleh ke belakang sekejap untuk melihat Rosie. Rosie masih diam, namun cukup terkejut terlihat jelas dari wajahnya.

“Darimu untukku? Buat apa?” tanya Rosie yang sudah menyusul Alice berhadapan dengan Lisa.

“Permintaan maaf, karena kemarin.. euhm, kamu lembur di tempatku tanpa aku bantu.”

Alice manggut-manggut mendengar alasan Lisa. Sementara Rosie tahu itu hanya alasan yang dibuat-buat Lisa karena Alice yang bertanya kepadanya. Bukan Rosie.

“Lucu banget sih kalian. Udah bisa berantem-beranteman segala. Pasti seumuran ya?”

Lisa hanya terkekeh pelan. Beruntung Alice langsung masuk ke dalam rumah, yang sebelumnya bilang.

“Ajak masuk Rosie. Dingin nanti diluar.”

“Yeah unnie.”

Tinggal lah mereka berdua berdiri diam terpaku tanpa berani membuka suara.

***

“Enak kan?”

“Kapan sih kue buatanmu tidak enak?”

Akhirnya Lisa diperbolehkan duduk di teras rumah setelah tetangga Rosie bertanya sedang apa mereka berdiri di sebelah garasi seperti itu.

“Jadi ini permintaan maaf apa sebenarnya Lisa?” tanya Rosie yang sudah memberikan dua buah piring kecil untuk wadah potongan kue.

“Maaf karena sudah menghilang seharian.”

“Sudah biasa sepertinya.”

Lisa terdiam ketika mendengar ejekan Rosie. Tapi senyuman tergurat di bibirnya setelah itu.

“Iya, maaf ya.”
Rosie hanya bisa memakan kue kesukaannya itu sambil menghela nafas panjang.

“Tidak, aku yang harusnya minta maaf.”

Ekor mata Lisa menangkap raut wajah Rosie yang menerawang sambil menggigit ujung garpu. Wajah yang dari samping nampak sangat menggemaskan, walaupun sedang cemberut.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang