39. Roses

375 60 9
                                        

.

.

.


Lalisa Manoban




"Selamat siang, saya ingin booking hari untuk konsultasi?"

"..."

"Iya, oh okay, minggu depan? Okay sudah saya catat. Terima kasih."

Lisa melingkari kalender kecil di sebelah kanan ranjang. Lalu melongok ke lemari yang dikunci. Dia ambil obat dan meminumnya segera. Dengan jongkok di depan lemari Lisa mengambil foto-foto yang menumpuk di dalam sana.

"How are you? "

"I saw you every night.. "

"But it doesn't make me happy."

Ucapnya lirih sambil memandang kosong ke arah foto adik perempuannya itu. Kini Lisa bersila duduk. Mengambil satu yang hanya ada wajah Phanita seorang.


"Lisa?"

Suara Rosie yang tiba-tiba membuat Lisa menoleh ke belakang. Dimana Rosie yang sudah selesai mandi, dan hanya memakai handuk. Lisa terpaku pada tubuh gadisnya yang setengah basah itu.

"Sedang apa duduk di lantai begitu?" tanya Rosie kembali, karena Lisa tidak menjawabnya, malah memandanginya saja.

Lisa kemudian sadar kalau di tangannya masih ada foto Phanita.

"Adikmu itu?"

"O-oh, iya."

Lisa reflek membuka lemari dengan cepat lalu melemparnya ke dalam. Rosie jadi punya alasan untuk bertanya lagi.

"Gak pernah diajak kemari?" tanya nya yang kepo. Yang padahal dia juga sudah tahu siapa nama adik Lisa.

"Jauh, disana ada ibu kok."

"Oh, di Thailand ya?"

"Iya, di Bangkok."

Rosie pun menghampiri Lisa yang sudah berdiri. Lisa sendiri tidak bisa melepaskan pandangan dari belahan dada yang mengkilat kena air. Yang tidak sempurna diseka dengan handuk.

"Rosie bisa pakai bajumu dulu?" kata Lisa yang tidak ingin menerkam Rosie dengan tampilan sexy begitu.

"Ini mau minjam, aku kan tidak bawa baju Li. Dan sepertinya aku akan balik ke rumah dulu sepulang kerja. Untuk mengambil beberapa barang."

"Okay, uhm baju-bajuku ada di lemari sana." 

Lisa menunjuk kloset yang ada di sebelah kamar mandi. Rosie menoleh ke arah tunjuk Lisa lalu kembali ke Lisa. Matanya terus saja melihat kesana.

"Apa sih Li? Kok lihatnya ke bagian sini terus?"

Lisa tersenyum nakal.

"Tidak, hanya itu sedikit basah, gatel ingin ngelapin."

Rosie pun mengambil sebuah tisue yang ada di meja, memberikannya ke tangan kanan Lisa.

"Tolong dong."

Lisa pun akhirnya memandang wajah Rosie juga. Sambil menyunggingkan senyuman nakal. Dengan senang hati tangan Lisa mulai mengarah di belahannya. Mengelap dengan halus, sampai masuk agak ke dalam. Handuk itu hampir terlepas, tapi Rosie menahannya dengan tangan kiri.

Lisa pun merogoh ke bawah sampai ke ujungnya, yang tiba-tiba mengencang. Bagian kesukaan Lisa. Dengan melihat ekspresi wajah Rosie yang mulai berubah, Lisa pun karena tidak dicegah, melanjutkannya ke sisi satu lagi.

Telapak tangan Rosie sudah ada di pipi Lisa, meminta gadis Thailand itu memandang lurus ke kedua matanya.

"Bigger day by day." kata Lisa yang selalu memasang seringai, kini gerakannya tidak hanya main di ujung, tapi juga meremasnya perlahan.

Taste of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang