.
.
.
"Kamu tidak jadi ke psikiater itu?"
"Oh iya aku lupa kalau sudah buat janji. Hmm aku pikir aku tidak membutuhkannya lagi Dan."
"Kenapa? Bukannya masih harus perawatan ya?"
"I don't know. But I feel better now."
"Are you sure?"
"Yeah."
"Bagaimana bisa? Kemarin kamu yang minta dicarikan. Berarti masih butuh dong."
"Sekarang tidak dulu Dan. I'm fine. Rosie merawatku dengan baik."
Daniel yang siang itu berkunjung ke cafe pun mulai menanyai soal psikiater kepada Lisa. Yang sudah 3 hari ini masih belum disambangi juga.
"Tapi Rosie tidak bisa membuatmu sembuh Lisa. Kamu masih harus tetap butuh orang profesional."
Lisa masih sibuk dengan daging di panci yang dipegangnya. Tidak terlalu memusingkan pendapatan Daniel.
"Harusnya kamu ingat waktu dimana kamu sangat membutuhkan obat itu."
"Ya aku tahu. Tapi tidak hari ini Daniel."
Daniel pun sadar kalau Lisa sudah dalam mode keras kepala. Jadi dia memutuskan menyudahi debatnya, karena akan percuma saja.
"Ya sudah lah, aku tidak akan memperingatkanmu dua kali."
"Terima kasih Dan."
Daniel sendiri ambil makan siang dan mulai duduk makan di luar. Ia menghubungi Rosie soal yang tadi. Karena Rosie juga sudah tahu. Tapi daripada lewat chat, lebih baik bertemu sekalian.
Daniel : Rosie? Apa bisa bicara? Kamu istirahat siang tidak?
Sesaat kemudian Rosie membalas.
Rosie : Ini mau ke cafe, gimana Dan?
Daniel : Aku ke sana ya? Advocado kan?
Rosie : Ya sih, tunggu saja di resepsionis
Daniel segera menyeberang jalan sambil membawa sandwich yang belum habis. Sambil jalan, dia makan. Sampai depan pintu kaca kantor, sudah habis semua.
"Hai Dan. Rahasia gak kira-kira?" tanya Rosie yang sudah melihat Daniel dari turun lift. Daniel berdiri dari tempat dan mengajak Rosie duduk di sebelahnya.
"Sini saja gak apa-apa." kata Daniel yang kembali duduk. Mereka bicara sedikit lebih pelan. "Kamu tahu soal psikiater Lisa tidak?"
"Tidak." Yang padahal Rosie sudah tahu dari chat Daniel ke Lisa yang dia intip. "Lisa punya psikiater di sini?"
"Obat yang kamu lihat di kamar itu." lanjut Daniel menerangkan. "Itu tidak bisa dia miliki kalau tidak pakai resep dokter."
"Benar juga. Lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste of Love
FanfictionKetika Lisa si tukang masak yang dingin dan anti sosial. Bertemu dengan Rose si tukang makan yang ekstrovert dan tidak bisa diam. Dimulai dari pelanggan, menjadi partner kerja, lalu teman dekat. Kehidupan yang kelam dan rahasia gelap berdiam di dal...