"Yak! ayo! ayo!"Perempuan berambut pendek itu kini memainkan jarinya di konsol PlayStation 4nya. Gadis itu mengemut permen sambil sesekali bergerak tidak jelas hingga bergulung-gulung di lantai.
"JUNG EUNHA!"
"AKH! AKU KALAH!"
Eunha menghela nafas pelan dan menatap kakaknya kesal. "Ada apa lagi sih?! gue jadi kalah." ucapnya kesal.
"Kau ini! bermain game terus! Kapan belajarnya?!"
"Lo bukan mak gue. Tenang aja." kata Eunha cuek.
DUAK!
"Anjir kenapa lagi sih?!" Eunha mengusap rambutnya. Ia memandang kakaknya sebal lalu membanting konsol PSnya kasar. "Mengganggu!"
"Lo sudah kuliah! Harusnya lo udah gede! Udah gak main game lagi!" omel kakaknya.
"Ah udah deh! Diem aja! Gue tuh nyari ketenangan disini malah diomelin. Gak ada mama tetep aja diomelin. Sebelum ngomelin orang, intropeksi dulu diri sendiri!" ucap Eunha pedas lalu ia pergi dari rumah.
Setiap hari, Eunha selalu dimarahi oleh orangtuanya. Mereka bilang Eunha harus punya nilai yang baik, dan sebagainya. Padahal, kakaknya tidak pernah dimarahi seperti dia.
Eunha bahkan tidak pernah keluar bersama temannya di malam hari. Ada satu kejadian dimana dia menonton untuk jadwal midnight dan tebak apa? orang tuanya meneleponnya di bioskop dan sialnya, Eunha tidak men-silent hpnya dan kebetulan sekali ringtone hp Eunha lagu PPAP.
Jadi saat di layar ditampilkan dua orang yang hendak berciuman dan background music dramatis, tiba-tiba
PPAP TET TET TERET TET TET TERET
Mana si Eunha juga sebenernya lagi jalan sama squad dan dalam masa pdkt sama doi, malah tiba-tiba ringtone laknat datang menghancurkan segalanya.
Eunha kuliah di jurusan ekonomi. Eunha juga termasuk pintar dan berbakat diantara teman SMAnya dulu. Tapi entah kenapa keluarganya terlalu menutup mata tentang kemampuannya.
PPAP TET TET TERET TET TET TERET TET TET TERET
Eunha merogoh sakunya dan melihat kontak nama mamanya terpampang di layar. Ia menjawab dengan malas.
"Eunha! dimana kau?"
"Memang penting?"
"Ini penting! dimana kau? pulang sekarang juga!"
"Tidak mau."
"Kalau kau tidak mau pulang, mama bakal buang game PlayStationmu!"
"Duh iya iya pulang!"
Eunha paling lemah dengan yang namanya game. Apapun dan siapapun yang menyentuh gamenya, siap-siap ditebas samurai.
Akhirnya dengan langkah berat, Eunha pulang ke rumah dan berdoa koleksi game mahalnya tidak dibuang. Sejujurnya kaset game itu lebih mahal daripada PlayStationnya sendiri.
.
.
Eunha kini duduk di depan ibunya. Wajahnya ditekuk kesal. Matanya melirik kakaknya yang kini berdiri di sebelah ibunya. Sudah biasa kalau kakaknya mengadu pada ibunya.
Cih, cengeng.
"Eunha, apa bener kamu main game terus?"
"Dusta itu."
Ibunya Eunha menghela nafas dan menatap Eunha tajam. "Jangan bohong."
"Memang nggak bohong kok!" ucap Eunha. "Aku cuman main game sewaktu ada waktu luang. Pasang aja cctv, aku bisa bagi waktu. Cuman aja penjaga atau mata-matanya dateng pas waktunya gak tepat." sindir Eunha.
Eunha memang gak suka bohong. Buat apa bohong? rugi. Mending ngomong jujur daripada dipendem terus ntar membusuk kayak tinja.
"Kalau gak percaya ya udah sih. Gak maksa kok."
Ibunya menghembuskan nafas kasar. "Kamu yakin bisa dipercaya?"
"Ya tergantung mama sih."
"Ya sudah. Mama cuman mau ngomong kalau mama sama papa udah sewain apartemen buat kamu. Itu uangnya pake tabungan mama yang udah ditabung dari dulu."
Eunha sama kakaknya langsung melototkan matanya kaget. Kenapa tiba-tiba apartemen? Eunha didepak dari rumah nih?
"Hah? maksudnya aku dicoret dari kartu keluarga?"
"Nggak. Mama cuman pengen tau apa Eunha bisa dipercayain mama atau gak. Ini buat latihan mandiri juga."
Eunha cuman ngangguk-ngangguk. "Terus kapan pindahnya?"
"Besok."
WHAT
***
Eunha pergi ke apartemen SG sambil ogah-ogahan. Awalnya dia tidak mau tinggal di apartemen, tapi lumayan kan kalau mengobrol bersama teman kuliahnya dia bisa sombong sedikit. Memunculkan gosip hangat.
DEG
Eunha mengerjapkan matanya pelan. Ia memandang sekitarnya, apartemen itu terlihat bagus. Tidak seperti yang ada di pikirannya selama ini.
Apartemen bobrok atau yang kurang modal.
Wow.
Eunha akhirnya masuk menuju lobi dan mengurus segala registrasinya. Ia memasukkan tangannya menuju saku mantelnya lalu pergi menuju lift. Pintu lift itu hendak ditutup namun untung sekali ia bisa masuk sebelum pintu tertutup.
Matanya melirik seorang perempuan berambut blonde kini menekan tombol lantai 16. Lantainya sama denganku.
Gadis blonde itu menatapnya dan gadis yang ada di lift itu bergantian. "Uh kalian tidak menekan tombol lantai kamar kalian?"
"Kamar saya ada di lantai 16." ucap Eunha.
"Saya juga."
"Saya juga."
"Kebetulan sekali saya juga."
"Wah! saya juga!"
Eunha menatap mereka bingung lalu mengerjapkan matanya. Ia terdiam dan tak lama kemudian pintu lift terbuka. Ia segera mencari pintu nomor 375. Ia mengatur passwordnya dan masuk ke dalam kamarnya.
"Wow." Ia mengerjapkan matanya dan memandang kamarnya dengan takjub. Kamar apartemen itu benar-benar bagus. Persis seperti di drama korea. Sesaat kemudian, barang-barangnya datang dan ia langsung menata barangnya.
Semoga tetanggaku tidak menyebalkan.
CUT-
NEXT?
KAMU SEDANG MEMBACA
apartment; ikon gfriend ✔️
Fanfiction6 'innocent' girls staying with 7 'bad'boys? non baku! AU! © puffysnow, 2017 #153 in Fanfiction [22/08/17]