Zayn berangkat sekolah dengan membawa keranjang kue. Dia berjalan dengan semangat dan senyum yang lebar.
Sesampainya di sekolah ia menitipkan sebagian kue yang ia buat.
"Kue apa saja yang kau bawa hari ini?"
"Ada kue mochi, kue donat, kue mini
brownis, mini snowcake dan kue lapis. Dari aku 2500/biji. Aku bawakan 15 biji tiap jenis kue."Zayn masih dengan semangat yang sama menjelaskan harga dan jumlah kue yang dia titipkan ke ibu kantin sekolah.
"Yah.. akan aku pastikan kue mu habis seperti biasanya."
Zayn menunjukkan senyumnya yang lebar. Beberapa hari belakang kue-kue buatannya habis, bahkan sampai mengambil jatah kue yang ia pakai untuk keliling.
"Aku titip sisanya disini, aku akan ke kelas dulu. Jika habis dan masih ada yang mencari, ambil saja di keranjangnya."
"Yah.. aku sudah tau." Kata ibu kantin. Dia membelai rambut Zayn dengan gemas.
"Kau semangat sekali, aku menyukaimu karna kau tidak malu berjualan."
"Suatu saat aku harus menjadi orang hebat, dan orang hebat memulainya daei hal yang kecil seperti ini." Kata Zayn.
"Kalau begitu aku akan mendoakanmu menjadi orang hebat dari sekarang."
"Terimakasih. Aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti."
Zayn berlari pergi, karena bel masuk sudah berbunyi.
Di kelas, teman-teman Zayn masih berlarian, dia duduk di bangku nya. Teman sebangkunya terlihat murung.
"Kau kenapa?" Tanya Zayn.
"Aku kesal dengan adikku." Jawab teman Zayn.
"Kenapa?"
"Ayah dan ibuku lebih sayang kepada adikku, mereka membelikan adikku mainan dan baju baru, mereka tak lagi membelikanku seperti dulu."
"Hmm.. menurutku itu wajar."
"Wajar? Itu nggak adil."
"Yah.. karena dulu mereka sudah membelikanmu, sekarang giliran adikmu. Andai kau punya adik lagi, maka adik baru mu yang akan di belikan."
"Lebih baik kau diam saja, kau tidak tau rasanya menjadi sepertiku." Kata teman zayn dengan wajah kesal.
"Aku juga pernah punya adik dulu. Aku juga mengalami hal yang sama sepertimu. Tapi aku nggak kesal, karena kasih sayang mereka masih sama walaupun hanya membelikan adik ku mainan dan baju yang baru."
"Lalu bagaimana adikmu sekarang?"
"Adikku meninggal." Kata Zayn dengan wajah murung.
"Percayalah, saat adikmu nggak ada, kamu akan benar-benar merasa kesepian. Jika disuruh memilih antara adikku atau mainan dan baju baru tiap hari, aku akan lebih memilih adikku." Lanjutnya.
"Maaf aku gak tau kalau kau pernah punya adik." Kata teman nya, simpati.
"Nggak apa-apa. Aku ingin punya adik lagi. Jika aku punya, maka aku pasti akan jaga mereka. Aku iri dengan mereka yang punya saudara. Aku tidak akan kesepian seperti sekarang."
Zayn melempar senyum, dalam hati nya ia sangat merindukan adiknya yang telah meninggal bersama orangtuanya.
"Bermainlah kerumahku, kau bisa mengajak adikku bermain."
"Terimakasih. Kapan-kapan aku akan kerumahmu jika aku merindukan adikku."
"Ya, kita bisa bermain bersama-sama."
"Aku juga akan membagi kue bersamanya."
"Iya, tentu saja. Terimakasih ya?Sekarang rasa kesalku hilang. Kau selalu bisa membuatku merasa lebih baik."
Zayn mengangguk.
Seorang guru masuk, suasana kelas yang berisik langsung berubah tenang dalam waktu sekejap. Pelajaran di mulai.
Sepulang sekolah, Zayn mempir ke kanti mengambil keranjang kue nya.
"Bagaimana penjualan hari ini, Bu?" Tanya Zayn.
"Kuemu habis, bahkan aku sampai mengambil jatah di keranjangmu."
"Tinggal berapa sisanya?""Hanya 3 biji, 2 kue mochi dan 1 donat."
"Waah.. aku gak perlu keliling hari ini."
"Kata mereka kue mu sangat enak, kau bawakan lagi seperti ini besok ya? Dan ah ya, boleh aku membeli 1 kue mochi mu? Aku juga ingin merasakannya."
"Ambil saja, Bu."
" Benarkah? Boleh?"
Zayn mengangguk.
"Ooiya, ini uangnya. Kamu hitung dulu."
Bu kantin menikmati kue mochi, Zayn menghitung jumlah uangnya."Hmm.. kue mu benar-benar enak. Pantas saja banyak yang beli lagi."
Zayn tersenyum lebar." Sisa 3 ya? Uang nya pas. Terimakasih bu kantin."
"Ya, terimakasih juga untuk mochi mu. Bawa sisanya, dan bawa yang seperti ini lagi besok ya?"
Zayn mengangguk dan membawa keranjang kue pulang.
Sesampainya dirumah, Zayn langsung duduk di sofa ruang tamu dan mengambil sisa kue mochi nya. Dia memandang kue itu.
"Kau sudah pulang? Bagaimana hari mu?" Tanya Nenek, duduk di samping Zayn.
"Teman sebangkuku hari ini kesal sama adiknya karna orangtuanya hanya membelikan baju dan mainan baru untum adiknya, sedang dia tidak di belikan."
"Ooya? Lalu?"
"Andai aku di posisi temanku, aku tidak apa-apa. Aku juga akan memberikan kue mochi ini untuk nya. Dia pasti senang."
Nenek diam. Perasaanya sedih, tapi ia sembunyikan."Tapi karena aku tidak punya adik, maka aku akan membagi kue mochi ini untuk nenek saja, ayo bukan mulutnya, aaaa.."
Zayn menyuapi neneknya dengan kue mochi.
"Bu kantin ingin aku membawakan kue seperti ini lagi besok. Aku akan memakan kue donatnya."
Zayn mengambil kue donat dan memakannya.
"Hmm.. kalau begitu, kita akan buat lebih banyak lagi untuk besok, bagaimana?"
Zayn mengangguk dengan mulut yang masih penuh.
"Ganti pakaianmu dulu, cuci tangan lalu makan siang, setelah itu kita buat kue lagi."
Zayn mengangguk dan langsung bergegas menuju kamarnya.
"Andai saja aku bisa berikan, maka akan aku berikan yang kau inginkan..." Batin Nenek, sambil memandang punggung Zayn yang pergi kekamar.
~aku baru saja menemukan satu puzzle,
Tapi ini tidak cukup
apa aku terlalu rakus?
Tidak
ini adalau jawaban
Tapi aku masih buta
Seperti sebuah misteri
Bagaimana aku bisa melihat akhirnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...