"Tenanglah kak.. " kata Tyan.
"Apa yang sudah lakukan? Kenapa aku seperti ini? Bagaimana mungkin aku bersikap kasar kepada mereka??" Kata Zayn. Ia menampar wajahnya sendiri berulang-ulang.
"hentikan kak. Jangan menyakiti diri sendiri." Kata Jey, menahan tangan Zayn.
"Kiki, lihatlah keadaan Juna di luar. Temani dia. Dan ajak dia bicara." Kata Joe berbisik kepada kiki.
"Aku? Ah.. baiklah." Kata Kiki. Dia langsung bergegas keluar.
Joe memberi isyarat ia akan melihat keadaan Yoogi, tapi pintunya terkunci.
Tyan melihat kunci kamar Yoogi yang bersatu dengan gantungan ponsel Zayn.
Tyan memberi isyarat Jey agar mengalihkan perhatian dan menenangkan Zayn selama Tyan mengambil kunci nya.
Setelah mendapatkannya, Tyan melempar kuncinya kepada Joe.
*
Kiki berdiri tak jauh di belakang Juna yang bicara di telepon dengan seseorang."Apa aku pernah memintanya? Gak. Kenapa kau seperti ini? aku benar-benar gak akan maafin kakak, bahkan kalian semua..."
"Kenapa? Karna kau udah buat hidupku hancur !! Kenapa kau selalu ikut campur urusan ku? Kenapa kalian selalu mengusik hidupku? Aku katakan sekali lagi, aku bukan bagian keluarga kalian !!"
"Gak !! Aku udah janji, apapun yang terjadi, aku gak akan kembali !!"
"Aku akan kembalikan semuanya !"
"Apa? Kenapa kakak bicara kek gitu?"
"Baik, kita ambil kesepakatan. Aku akan tetap terima barang-barang itu, tapi dengan syarat, aku akan membayar kembali suatu saat. Aku akan anggap ini hutangku."
"Aku gak peduli !! Ini keputusanku titik !!"
Juna langsung menutup telepon dan melempar ponselnya. Ia terduduk lemas di teras belakang.
Kiki menghampirinya, duduk di sebelah Juna.
"Ternyata kau.." kata Juna, tersenyum kecut.
"Kak.. Hmm... Kak Juna inget gak, kalau.. waktu itu, sebelum kak Juna dan nenek datang, ada banyak orang yang ingin menolongku. Tapi aku justru ngerasa takut."
"Kenapa?"
"Gak tau. Entah karna aku gak percaya mereka atau karena aku masih berharap mamaku kembali."
"Begitu kah?"
"H'm. Tapi kenapa begitu kakak datang, aku justru langsung percaya? Aku bahkan Sampai di sini."
"Mungkin karena saat itu kita sama-sama masih anak-anak. Kamu gak percaya dengan orang dewasa, tapi kau masih percaya dengan anak-anak."
"H'm.. bisa jadi. Tapi semakin hari, aku semakin kagum dengan kak Juna."
"Haha.. apa yang kau kagumi dariku? Aku sering di marahi karna selalu merusak barang yang aku pegang, aku bahkan ceroboh setiap saat."
"Hahaha.. tolong jangan ingatkan aku tentang itu. Yang aku tau, kak Juna kakakku yang hebat. Kak Juna pintar, dan hmm.. apa istilahnya ya.. Pokoknya waah.."
"Apa itu yang kau lihat dariku?"
"H'm. Kak Juna adalah orang pertama yang aku temui, bagiku, kak Juna adalah kakak yang harus aku jadikan contoh."
"Hei, semua kakakmu hebat. Aku udah pernah bilang, ambillah contoh-contoh baik dari kami."
Kiki mengangguk. Dia mendongak memandang langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...