Juna pulang dengan semangat. Dia berlari sambil membawa buku rapor di tangan kanannya. Bahkan sangking semangatnya, dia sempat terjatuh saat masuk rumah, tapi hal itu tidak membuat senyumnya hilang begitu saja.
"Neneeeekk... Kakaaaaakk... !!" Seru Juna.
Nenek yang mendengar panggilan itu langsung bangkit dari kursi jahitnya.
"Nenek, aku dapat rangking 1 lagi !! Lihat, aku dapat banyak nilai 100 di rangking."
"Ah benarkah? Coba nenek lihat dulu."
Nenek membaca nilai rapor Juna. Juna dengan senyum lebarnya menunggu reaksi nenek.
"Ah.. iya.. Cucu nenek sangat pintar. Ah.. Juna sudah bekerja keras, sudah belajar dengan baik. Tapi ingat, nilai yang tinggi jangan sampai membuat kamu menjadi tinggi hati."
"Iya nek. Umm.. apa kak Zayn sudah pulang?"
"Ah.. kau ini. Setiap pulang selalu mencari Zayn. Dia ada di dapur membuat kue. Katanya dia punya banyak pesanan, nenek akan mencari orang untuk membantu nya."
"Aku akan bantu kak Zayn."
"Ya pergilah."
Juna sangat bersemangat, dia lekas berganti pakaian, dan menuju dapur.
"Kak Zayn, kata nenek kakak dapat banyak pesanan ya?"
"Iya. Kau, terlihat senang. Ada apa?"
"Um.. aku dapat banyak nilai seratus di rapor ku. Aku juara 1 di kelas. Setelah kenaikan kelas, guru menunjukku untuk ikut olimpoade MIPA mewakili sekolah."
"Wah, itu berita bagus. Kemarilah, aku akan menyuapimu kue brownis. Ini masih hangat."
Zayn menyuapi Juna sepotong kue.
"Bagaimana? Enak?"
Juna mengangguk.
"Kue ku mulai terkenal di sekolah. Banyak guru2 yang merekimendasikan kue ku ke toko-toko. Dan banyak dari mereka yang ingin mencoba menjual kue ku. Ah.. aku tidak percaya ini akan terjadi."
"Aku akan membantumu, kak."
"Ah... Tidak perlu Juna. Kau hanya perlu belajar dengan baik dan tetaplah menjadi juara 1. Oke? Aku sudah meminta nenek untuk mencari karyawan untuk membantuku membuat pesanan kue."
"Aku harap kau akan mempunyai toko kue sendiri kak."
"Ah iya. Aku akan memilikinya suatu hari nanti."
"Kita mempunyai kebahagiaan yang sama. Aku merasa aku telah banyak berubah semenjak disini. Aku merasa lebih bahagia." Kata Juna.
"Aku juga. Semenjak kau datang, aku tidak lagi merasa kesepian, walaupun kau sering merusak barang."
"Aku tidak sengaja, kak."
"Bukan tidak sengaja, aku pikir tanganmu memang berbakat untuk merusak barang. Hahahaha, apa tanganmu itu turunan dari tangan terminator? Hahaha."
"Hahaha mungkin. Tapi kau tidak pernah marah kepadaku."
"Mengapa aku harus marah. Kau adikku. Aku tidak akan marah hanya karna kau merusah barang-barang kecil."
"Kak, boleh kah aku memelukmu sebentar?"
"Kenapa?"
"Aku merindukan keluargaku. Aku juga merindukan kakak-kakakku."
"Apa kau berniat ingin kembali?" Kata Zayn. Dia berhenti menghias kue dan mentapa Juna dengan tatapan dalam.
Suasana yang ceria seketika berubah menjadi sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...