Nenek masuk kedalam rumah itu dengan langkah perlahan dan hati-hati, mengikuti langkah kecil kucing itu. Rumah itu sunyi dan gelap. Jantungnya berdebar sangat keras, bahkan suara ludah yang ia telan, terdengar sangat keras baginya.
Kucing itu berhenti dan berputar-putar di samping seseorang yang tergeletak.
"Astaga.. kenapa dia? Apa ini darah?" Kata nenek dengan sangat perlahan. Tangannya bergetar hebat ketika menyentuh darah yang menggenang di lantai, memastikan itu benar-benar darah.
"Apa yang sudah terjadi? Apa dia masih hidup?"
Nenek meletakkan jari nya di depan hidung wanita itu, mengecek apa dia masih bernafas atau tidak.
Ternyata tidak ada.
Kucinh itu terus mengeong. Seperti menunjukkan sesuatu yang lain.
"Jadi kau ingin menunjukkan ini kepadaku? Apa ada hal lain?"
Nenek mengikuti kucing itu lagi. Kali ini ia berjalan ke halaman belakang.
Benar saja, disana nenek melihat Tyan yang meringkuk dengan tubuh menggigil di dalam kurungan. Ia kehujanan, lapar dan demam. Kucing itu masuk kedalam kurungan dan menjilati Tyan sebagai rasa sayangnya.
"Apa yang sudah terjadi? Nak? Kenapa kau bisa ada disana? Siapa yang melakukan hal ini kepadamu?"
Anak itu tidak menjawab, ia hanya diam dan tetap meringkuk. Hanya air mata yang mengalir perlahan.
Nenek berusaha membuka kurungan itu, tapi kurungan itu di kunci dengan tali yang diikat sangat erat.
"Aku akan mengambil pisau dapur."
Nenek berlari dan mengambil pisau daei dapur rumah itu. Ia kembali dan berusaha memutus tali yang mengunci kurungan itu.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?" Kata seseorang dari belakang nenek.
Ayah tiri Tyan, dengan sebuah balok kayu di tangannya.
"Apa kau yang melakukan semua ini?"
"Ya !! Aku yang membunuh wanita menyebalkan ini, aku juga yang mengurung anak itu. Apa dia sudah mati?"
"Kau benar-benar !!"
"Apa kau ingin mati juga? Aku bisa membantu mu mati lebih cepat."
"Apa kau sudah gila? Kenapa kau tega membunuh mereka?"
"Apa lagi yang bisa kuharapkan? Wanita itu.. huh! Dia istri yang menyebalkan. Sama seperti mantan suami nya. Dan anak itu, dia bahkan bukan anakku. Untuk apa dia hidup? Dia hanya akan merepotkanku."
"Kau..."
Laki-laki itu mulai berjalan mendekat dengan senyum sinisnya.
"Sebenarnya aku nggak ada lagi keinginan membunuh orang lain lagi, tapi karena kau sudah ada disini dan tau segalanya, maka.. aku juga akan menghabisimu."
"Nggak ! Menjauh dariku. Kau.. "
Nenek mulai ketakutan, laki-laki itu semakin dekat.
"Apalagi yang bisa aku lakukan? Kau bisa saja pergi, tapi mulutmu akan menyebarkan berita dan itu akan membahayakanku. Aku nggak mau hal itu terjadi."
"Berhenti !! Berhenti disana !!"
Jarak mereka sudah dekat, hanya berjarak 5 langkah.
"Kau boleh membunuhku, tapi tolong lepaskan anak ini."
Nenek berusaba mengulur-ulur waktu.
"Apa? Apa kau pikir nyawamu berharga? Bahkan anak itu sudah hampir mati. Kenapa kau menukar nyawamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...