Part 75

207 28 2
                                    

Aktivitas sekolah mulai berjalan. Hari ini Jey dan Tyan melaksanakan ospek. Yoogi masih menjabat menjadi salah satu osis disana, osis bagian kedisiplinan.

Semua siswa berbaris rapi di lapangan.

".. semua siswa baru wajib berpakaian rapi dan menaati peraturan sekolah. Untuk semua osis bagian kedisiplinan, tolong cek kelengkapan seragam dan  kerapian siswa baru." Kata ketua osis.

Semua osis bagian kedisiplina termasuk Yoogi menyebar ke barisan.

Saat Yoogi kedapatan memeriksa Tyan dan Jey.

"Kalian sudah memakai semuanya?" Tanya Yoogi.

"H'm."

"Kami takut kakak akan marah kalau kami lupa."

"Ya, aku akan membunuh kalian berdua kalau sampai lupa. Angkat sedikit celana kalian."

Yoogi memeriksa kaos kaki yang Tyan dan Jey gunakan. Ternyata sudah sesuai.

"Kak Yoogi cocok jadi osis kedisiplinan."

"Iya, muka nya nyeremin kek satpol pp."

Mereka berdua cekikikan.

Sementara itu, Juna di panggil ke sekolah tentang pembagian kelas. Wali kelas itu berbicara serius di kantor dengan Juna.

".. sebenarnya kami bisa memasukkan mu ke kelas unggulan. Tapi bapak benar-benar membutuhkanmu kali ini."

"Apa? Bukankah waktu itu bapak bilang kalau kedua kelas unggulan sudah penuh?"

"Maafkan bapak, tapi bapak terpaksa mengatakan itu karna suatu alasan."

"Apa itu?"

"Di kelasku, ada seorang siswi. Ayahnya adalah salah satu investor terbesar di sekolah ini. Selama ini.. kami selalu berusaha agar dia naik kelas.."

Juna masih diam memperhatikan.

"Dia gak mau belajar, jarang mengerjakan tugas, di kelas hanya mgobrol, main ponsel bahkan berdandan. Hff.. bapak gak tau harus bagaimana memperingatkan dia."

"Yaa tinggal menegur nya saja."

"Kami sering menegurnya, tapi tetap saja itu gak mempengaruhinya. Pernah sekali kami menegaskannya, tapi ayah nya marah-marah karena anaknya gak mau sekolah. Dia mengancam akan memutus investasi di sekolah ini kalau sampai anaknya gak mau sekolah atau gak naik kelas."

Juna diam berpikir keras.

"Pernah kami ingin memanipulasi nilai, tapi kami sadar jika itu terjadi dan ketahuan, guru yang melakukan hal itu akan di pecat."

"Lalu.. apa hubungan siswi itu dengan saya?"

"Bapak sengaja menarikmu ke kelas kami, agar kau mengajari nya dan membuatnya lulus dengan nilai yang bagus."

"Saya? T.. tapi kenapa?"

"Juna.. bapak mendengar kau berpengalaman menjadi guru part time di salah satu bimbel selama ini. Kau juga sangat cerdas, tentu saja itu sudah bisa jadi modal untuk mengajari nya."

"Yaa.. tapi kenapa harus saya? Kenapa bukan guru atau murid sekelasnya?"

"Para guru sudah menyerah, dan ini satu-satu nya jalan. Itu lah kenapa kami menarikmu menjadi teman sekelasnya. Kau tau? Seseorang akan lebih percaya dengan teman dari pada dengan guru."

Juna diam berpikir. Melihat ke luar jendela. Melihat siswa baru yang sedang menjalani ospek.

"Saya tidak masalah jika harus di letakkan di kelas mana saja. Tapi tentang siswi itu.. saya masih ragu."

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang