Ini adalah hari pertama Yoogi sekolah. Setelah melewati tes masuk sebagai formalitas di sebuah Sekolah Menengah Pertama. Nenek dan Zayn yang sehari semalam sebelumnya paling ribet mempersiapkan semuanya.
Nenek yang sibuk menjahit seragam sekolah, Zayn dan Juna yang membantu Yoogi membeli pertalatan sekolah yang baru. Dan Zayn yang mencarikannya sepatu bekas miliknya. Yoogi tau ini sudah memakan banyak uang, ia ingin memakai barang yang masih bisa dipakai. Sedangkan Juna memberi beberapa buku tulis yang masih belum ia gunakan.
"Kalau aku lulus, aku juga akan sekolah bersama kalian." Kata Juna.
"Kau bisa memilih sekolah favorit, Juna."
"Tidak masalah favorit atau bukan. Semua sekolah sama bagiku. Yang penting bisa bersama kalian."
Setiba mereka di sekolah..
Di kelas Yoogi
Dia berdiri di depan dan memperkenalkan diri di depan semua siswa.
"Hai, semua. Umm... Nama saya Yoogi. Y-o-o-g-i. Semoga kita bisa berteman baik. Terimakasih."
"Apa kah ada hal lain yang ingin kalian tanyakan?"
"Kau tinggal dimana?" Tanya seorang siswa
"Umm.. aku.. tinggal bersama kak Zayn dari kelas 2."
"Ooh? Kau adiknya Zayn?" Tanya bu Guru.
Yoogi mengangguk.
"Tapi kenapa nggak mirip? Kak Zayn ganteng, tinggi dan pintar buat kue. Tapi kamu putih, badanmu kecil dan wajahmu gak ada mirip-miripnya dengan kak Zayn."
"Hei, kalian nggak boleh bicara seperti itu. Jangan membanding-bandingkan satu orang dengan orang lain, sekalipun mereka saudara." Kata bu Guru.
"Nggak apa-apa, bu. Saya sudah biasa mendengar hal seperti itu."
"Benarkah? Hff.. baiklah. Sudah cukup perkenalannya. Yoogi, duduklah di bangku kosong itu."
Bangku itu berada di belakang. Sepertinya cocok untuk Yoogi yang tidak tertarik belajar. Dan mungkin tempat sembunyi untuk tidur.
Pelajaran pertama berakhir dengan baik. Sekarang pelajaran kedua adalah olahraga. Mereka semua bergegas ganti baju di tempat ganti.
Yoogi melepas seragam sekolah dan berganti baju olahraga. Beberapa anak laki-laki terkesima memperhatikan kulit yoogi yang putih bahkan sampai di punggungnya.
"Woaah.. bagaimana bisa kulitmu bisa seputih ini?" Kata seorang anak laki-laki.
"Kau hanya cukup terlahir dengan kulit putih."
"Ayolah.. kalau aku bisa minta, aku akan minta kulit putih sebelum aku lahir."
"Ayo semua, pak guru sudah menunggu kita." Kata ketua kelas.
Semua siswa bergegas pergi ke lapangan. Semua anak perempuan sudah menunggu di sana.
Pak Guru mengajak para siswa untuk stretching kemudian mengajarkan tentang teknik dasar basket.
Disisi lain lapanhan, ada kakak kelas yang bermain basket. Yang jelas, itu bukan teman sekelasnya Kak Zayn, pikir Yoogi.
Kelas Yoogi sedang istirahat sejenak. Beberapa anak berlatih Dribble sesuai yang di ajarkan pak Guru. Yoogi memandang ke arah kakak kelas yang bermain basket.
"Seharusnya dia bisa menembak dari sisi kanan. Kenapa dia tidak tau posisi? Apa dia tidak bisa menembak bola dari jarak yang sedikit jauh? Seharusnya anak itu bisa memasukkan bolanya dengan mudah, dia kan tinggi. Aku pikir aku lebih hebat dari mereka. Mereka payah." Gumam Yoogi pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...