Part 51

325 43 0
                                    

Ini adalah hari ketiga semenjak kepergian nenek arumi. Suasana di rumah itu masih berduka, bahkan tak ada satupun dari mereka yang pergi keluar, entah berbelanja, sekolah bahkan bekerja.

Hati mereka masih terluka, berbagai penyesalan dan kesedihan seakan bercampur menjadi satu.

Mereka masih merasa sedikit tenang saat bersama, sekalipun tak melakukan apapun atau berkata apapun. Sama seperti hari itu.

Kiki kembali menengok kamar nenek. Hampir dua atau tiga jam sekali ia kesana. Berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk baginya. Tapi apa yang ia lihat masih sama. Kamar itu kosong.

Ia kembali dengan mata berkaca-kaca.

"Kemarilah, tak akan ada yang berubah." Kata Joe. Kiki duduk di sampingnya dan menangis tersedu-sedu, Joe merangkul dengan lembut, berusaha tegar sekalipun ia juga merasakan hal yang sama.

"Berhentilah kesana, itu akan semakin membuat hatimu sakit. Aku akan mengucinya sebentar lagi." Kata Juna.

Tyan sudah tidak kuat menahan rasa kesedihannya, dia pergi.

"Aku akan ke kamar mandi sebentar." Kata Tyan dengan nada datar, berusaha terlihat kuat.

Suasana kembali sunyi. Zayn tidak tahan melihat suasana buruk seperti ini.

"Kalian..." Ujarnya, berusaha untuk memecah keheningan.

"Aku tau, kita semua merasakan sakit dan kesedihan yang sama. Tapi.. apa ini cara yang benar? Apa nenek akan senang melihat kita semua seperti ini? Bukankah ini keterlaluan?"

"Lalu kami harus bagaimana?" Tanya Yoogi.

"Kita sudah berjanji kepadanya bukan? Kita harus tetap bahagia dan kuat, apapun yang terjadi. Itu salah satu janji kita kepadanya."

"Apa pura-pura seakan tidak ada yang terjadi adalah hal yang baik?" Tanya Juna, menatap Zayn. Seakan mengharapkan jawaban.

"Setidaknya itu yang bisa kita lakukan sekarang. Kalian mau sampai kapan seperti ini?" Kata Zayn.

"Berpura-pura sampai kita lupa kalau itu adalah pura-pura." Kata Jey.

Suasana kembali hening. Mereka terperangkap oleh pikiran masing-masing.

"Jaga adik-adikmu, kau adalah pengganti nenek. Kau harus mengurus dan menjaga adik-adikmu dengan baik. sayangi mereka seperti nenek menyayangi kalian.." kata nenek kepada Zayn.

"Ah.. kucing kecil nenek. Teruslah makan dengan lahap. Lihat, badanmu sedikit gemuk sekarang. Nenek masih ingat bagaimana kurusnya dirimu dulu. Jangan terlalu keras bekerja, kesehatanmu lebih utama. Berjanjilah kepada nenek.." kata nenek kepada Yoogi.

"Hm..? Cucu pintar nenek semakin dewasa rupanya. Apa kau masih merasa takut? Bagaimana jika nenek menyuruhmu memimpin saudara-saudaramu ke jalan sukses mereka? Kau juga harus belajar bagaimana jadi bijaksana.." kata Nenek kepada Juna.

"Berjanjilah kepada nenek, kau harus tetap bahagia dan sebarkan sebaaaaanyak mungkin cinta untuk orang-orang yang menyayangimu. Jangan memendam sakit sendirian. Kami ada bersamamu. Tetaplah tersenyum seperti itu.." kata Nenek kepada Joe

"Lihat, kue mochi kecil nenek semakin menggemaskan. Katamu, kau ingin belajar beladiri juga? Ikutlah. Nenek akan mendaftarkanmu seperti Kiki. Bagaimana bakat menarimu? Apa semakin baik? Nenek harap begitu." Kata nenek kepada Jey.

"Lakukan apapun yanh kau suka selama itu baik. Belajarlah hal-hal baik dari kakak-kakakmu. Mereka adalah orangtua juga saudara untukmu. Mereka akan menyayangimu. Jangan takut lagi ya, kelinci kecil nenek..." kata Nenek kepada Kiki.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang