Hari ini aku belum terbangun dari mimpi
Tapi esok
Atau mungkin lusa
Bahkan dunia ini akan aku genggamYoogi hanya menatap rumah itu dari luar gerbang. Mata kecilnya menatap lurus. Berdiri mematung, terlihat seperti manekin kecil lengkap dengan kulitnya yang putih pucat.
Pandangannya kosong. Otaknya masih dipenuhi dengan mimpi buruknya.
"Ayah, aku lelah. Ayo pulang." Rengek yoogi kecil kepada ayahnya.
"Satu kali lagi, lalu kita pulang, oke?" Bujuk ayahnya.
Dan sekali lagi ayahnya mengajari yoogi bermain basket.
"Ayo, tembak bolanya dari sini. Loncat lebih tinggi ! Nah, tembak dari sisi kanan, dribble bolanya dengan benar."
Ayah Yoogi sangat bersemangat saat bermain bola basket dengan anak kesayangannya.
Yoogi kecil sangat menurut kepada ayahnya. Dia sangat berbakat dalam bermain basket. Hampir setiap sore mereka bermain basket di lapangan sekolah tempat ayah yoogi mengajar. Dia adalah seorang guru olahraga di sebuah SMA. Sekolah tak jauh dari rumah Yoogi karena terletak di satu komplek perumahan yang sama.
"kau memang anak ayah yang pintar. Mau pulang sekarang? Mama mu pasti sudah menunggu." Puji ayah setelah memyaksiksikan kepiawaian anak sulungnya bermain basket.
"Iya, ayah. Mama pasti sudah masak masakan yang enak. Tadi pagi aku bilang ingin makan kepiting, kayaknya mama udah belikan." Kata yoogi masih dengan nafas yang terengah-engah
"Hmm.. pilihanmu bagus, nak." Kata ayah membelai rambut yoogi.
"Setelah ini ayah mau jemput adik dari bimbel?"
Ayah mengecek jam tangannya.
"Ah iya, setengah jam lagi ayah akan jemput adikmu. Ayah harus mandi dulu."
Yoogi mengangguk. Dia berjalan pulang sambil memeluk erat bola basketnya. Ayahnya melihat dengan pandangan gemas.
"Kau harus menjadi pemain basket internasional nanti." Kata ayah sambil tersenyum.
"Tapi aku tidak mau, ayah. Aku ingin kayak mama. Menjadi musisi dan penulis lagu."
"Nak, menjadi musisi dan penulis itu tidak bisa menjamin masa depanmu. Jika kamu bisa jadi atlet profesional, kau akan dapat banyak penghargaan,masa depanmu juga akan lebih terjamin."
Yoogi diam. Dari dulu ayahnya tak pernah mendukung nya menjadi musisi seperti mamanya. Tapi yoogi selalu menyempatkan diri belajar bermain piano dengan mamanya. Tak jarang dia sering menguntit mamanya yang sedang membuat lagu dan pergi ke studio perekaman temannya.
"Ayah, boleh aku tanya sesuatu?"
"Kenapa yoogi?"
"Bagaimana ayah dan mama bertemu dulu?"
"Memangnya kenapa?"
"Banyak yang bertanya, tapi aku tidak tau. Apa ada yang beda sama mama?"
Ayah nya tersenyum.
"Mama dan ayah bertemu di restoran korea dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...