Zayn pulang dari pasar bersama Kiki untuk belanja keperluan makanan sehari-hari.
Sesampainya didepan rumah, ada sebuah box es krim di depan pintu. Box itu di letakkan bersamaan dengan kotak yang penuh dengan kue kering coklat.
"Uuh? Siapa yang menaruh ini disini?" Tanya Zayn. Dia meletakkan tas belanjanya dan membuka isi kotak itu.
"Woaah.. kue coklat !! uh?? Es krim? Aku mau aku mau aku mau !!"
"Kita masuk dulu, siapa tau ini milik yang lain."
Kiki mengangguk semangat. Dia langsung membawa semua kantong belanja masuk.
"Kami pulang.."
Zayn langsung menuju dapur. Ia melihat Joe yang sedang menjemur baju, Jey juga sedang mengepel lantai dan Tyan yang duduk melamun di teras belakang. Dinding rumah bagian belakang sengaja memakai kaca transparan agar bisa melihat pemandangan halaman belakang belakang.
"Juna belum pulang rupanya. Yoogi kemana? Tadi pagi kayaknya masih ada."
"Kak yoogi? Emm.. kayaknya dia pergi tadi, sekitar 15 menit yang lalu."
"Kemana?"
"Gak tau, dia gak bilang. Dia bahkan gak bawa ponsel."
Jey melanjutkan mengepel lantai dapur.
"Kiki, masukkan sayur-sayur itu ke dalam kulkas. Dan juga daging nya."
Kiki langsung melaksanakan perintah Zayn. Sedangkan Zayn langsung mencuci ayam potong.
"Kakak mau masak apa?" Tanya Kiki.
"Aku akan masak kari ayam dan telur puyuh."
"Tapi nanti boleh minta es krim nya kan?"
"Ya, setelah kau bereskan kamar mu."
"Uh?" Kiki terkejut. Ia baru ingat kamarnya masih berantakan. Ia, Jey dan Joe tidur di satu kamar yang sama dengan ranjang terpisah oleh laci meja. Dan ranjang Kiki selalu yang paling berantakan.
"Setelah masukin sayur, bereskan kamarmu sebelum Joe memarahimu."
"Oke." Kata Kiki dengan nada tegang dan mata bulat yang membelalak, membayangkan Joe yang memarahinya karna kamar yang masih kotor.
*
Yoogi sedang berada di depan toko yang menjual berbagai tanaman dan bibit. Di sampingnya sudah ada beberapa tanaman yang tumbuh di polybag, sekarung kecil tanah kompos dan beberapa kantong kecil bibit biji."Harusnya tadi aku ajak Joe atau Jey. Kenapa aku malah pergi sendiri? Sekarang gimana aku bawa semua ini?" Kata Yoogi menggerutu.
Gadis sepatu putih yang kebetulan lewat, melihat yoogi kebingungan. Ia berjalan menghampiri Yoogi.
"Butuh bantuan?" Sapanya.
"Uh? Ah.. ternyata gadis penguntit."
"Ck. Aku bukan penguntit. Kenapa kau masih ngatain aku kayak gitu?"
"Kau selalu muncul dimanapun aku berada. Gak mungkin kalau semua cuma kebetulan."
"Hei !! Harusnya kau berterimakasih. Aku sekarang ada buat bantu kamu."
"Gak. Aku gak butuh. Aku akan telpon adikku."
Yoogi merogoh kantong celananya.
"Sial !! Aku lupa bawa ponsel !" Batin Yoogi. Ia menghembuskan nafas panjang. Gadis di depannya tersenyum penuh kemenangan.
*
Yoogi dan gadis itu sampai di depan pintu rumah."Ini rumahmu? Wah.. halaman depan nya aja luas banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...