Part 35

238 45 0
                                    

Hari ini hari minggu. Anak-anak semua sibuk di rumah. Zayn mulai berinisiatif bekerja sama membantu nenek mengurus rumah. Bahkan setiap hari minggu mereka selalu membagi tugas.
Zayn seperti biasa, dia akan membantu nenek di dapur, baik memasak hingga menyiapkan meja makan. Juna akan membantu mencuci piring dan menyapu rumah, Joe akan membersihkan kamar tidur dan merapikan baju sedangkan Yoogi akan mengurus taman depan dan belakang.

Karena Tyan baru beberapa minggu datang sekaligus yang termuda, makan ia bebas mau membantu apapun yang ia mau.

Hari ini nenek mengajak Tyan pergi berbelanja, Zayn juga meminta tolong agar di belikan beberapa bahan kue yang sudah mulai habis.

Hari yang selalu sibuk...

Setelah berbelanja, nenek mengajak Tyan untuk mengambil jalan lain karena jalan sebelumnya sedang ada kerja bakti bersih desa.

Dan mereka melewati sebuah rumah kosong.

Tyan berhenti memandang rumah itu. Air matanya perlahan menetes. Nenek merendahkan tubuhnya dan memandang wajah Tyan, mengusap air matanya.

"Kenapa kau bersedih?"

"Bunda..."

"Kenapa bersedih? Bunda tidak ada disana, dia sudah terbang ke langit. Dia sudah bahagia di sana." Kata Nenek sambil menunjuk langit yang biru.

"Bunda ada di langit?"

"Hm. Di langit banyak yang akan menyayangi bunda, bukankah dia orang baik?"

"Hm. Bundaku sangat baik. Tapi.."

"Kenapa.."

"Apa.. semua pasti ke langit? Bagaimana dengan ayahku? Ayahku pergi lebih dulu."

"Ayahmu juga orang baik. Dia pasti sudah ada disana."

"Bagaimana nenek tau kalau ayahku baik?"

"Hmmm.. karena nenek juga mengenalnya."

Tyan diam. Dia kembali memandangi rumah itu.

"Nek.. kenapa aku merasa takut? Aku tiba-tiba mengingat.."

"Tyan, coba dengarkan nenek baik-baik."

Tyan menatap nenek dengan mata besarnya yang polos.

"Apa kamu pernah dengar kalau kucing setiap hari akan pergi kerumah kosong untuk mengusir rasa takut?"

Tyan menggeleng, ia mulai penasaran.

"Iya, kucing punya kekuatan untuk mengusir rasa takut terutama untuk pemiliknya."

"Bagaimana caranya?"

"Dia akan datang ke tempat dimanapun seseorang akan memiliki rasa takut. Disaat seseorang merasa takut akan sesuatu, maka kucing adalah salah satu hewan yang berani mengusir rasa takut itu. Dia akan menggerang agar rasa takut itu pergi."

"Tapi bagaimana jika rasa takut itu kembali?"

"Bagaimana jika kembali? Hmm mudah saja. Sekarang tutup matamu. Dan bayangkan, ayah bunda dan kakak-kakakmu yang selalu menyayangimu, lihat senyum mereka kepadamu.."

Tyan tiba-tiba melihat senyum bundanya, ketika bundanya menyupainya, bahkan saat setelah di sakiti oleh ayah tirinya, bunda akan mencoba tersenyum di depannya. Ia tak tau wajah ayah kandung nya karena ia meninggal sewaktu Tyan masih belum di lahirkan.

Lalu satu persatu wajah kakak-kakaknya yang selalu memperhatikannya. Zayn yang selalu memberi dan menyuapinya makanan yang enak, Yoogi yang melindunginya ketika ia di ganggu anak anak lain, Juna yang selalu mengajarinya belajar dan Joe yang sering mengajaknya bermain bersama, dan tentu saja, nenek yang selalu menyayanginya bahkan sering menyanyikan lagu tidur hingga menggendong tubuh kecil nya ke kamar mereka.

Semua senyum itu hadir bergantian dalam pikirannya.

"Aku melihat nya, Nek. Aku melihat mereka semua.." kata Tyan begitu membuka matanya.

"Saat rasa takutmu datang, lakukan hal yang sama seperti itu. Nenek yakin rasa takut itu akan hilang, bahkan rasa sedih, khawatir bahkan marah juga akan pergi. Kamu akan merasa bahagia."

Tyan tersenyum lebar.

"Tapi.. apa Tantan juga bisa mengusir rasa takut?"

"Tentu saja. Bukankah dia temanmu? Tantan adalah kucing yang pemberani. Dan kau juga sama. Nenek benar kan?"

"Hm. Aku sekarang berani."

"Cucu nenek memang sangat berani dan pintar. Kalau begitu, ayo kita pulang. Kau mau makan apa malam ini? Ah.. kak Zayn pasti sudah masak makanan yang enak sekali."

Nenek mulai menuntun Tyan berjalan pulang.

"Iya, masakan kak Zayn sangat enak. Bahkan walaupun kenyang, aku masih ingin nambah lagi."

"Benarkah?"

"Iya. Ooiya, nek, apa aku boleh tanya sesuatu?"

"Katakan."

"Apa ada orang yang tinggal di bulan?"

"Hmm.. boleh nenek kasih rahasia?"

"Rahasia apa nek?"

"Tapi jangan bilang siapa-siapa ya."

Tyan mengangguk dengan semangat.

"Di bulan ada kerajaan kelinci. Baaaaanyak sekali kelinci yang tinggal disana."

"Kenapa mereka tinggal disana?

"Karena di sini banyak orang yang melukai mereka, hanya sedikit orang yang melindungi mereka."

"Aku akan melindungi mereka, nek. Kelinci adalah hewan yang lucu, kenapa banyak orang yang nyakitin mereka?"

"Karena kelinci hewan yang baik. Bukan hanya kelinci, bahkan di sekitar kita juga ada orang-orang baik. Hanya.. "

"Hanya??"

Nenek diam sejenak, memikirkan kata-kata yang tepat.

"Kamu juga harus melindungi orang-orang baik, dengan begitu kamu juga bisa melindungi kelinci yang ada di bulan. Kamu mau melindungi mereka kan?"

"Hm. Aku akan melindungi mereka nek. Kelinci-kelinci itu, kakak-kakakku, nenek dan orang-orang baik di sekitarku."

"Cucu nenek ini memang pintar. Ah.. kayaknya kita hampir sampai rumah."

"Aku akan bermain dengan tantan. Dia pasti sudah menungguku."

"Tentu saja. Kamu mau makan apa malam ini?"

"Aku mau ayam goreng."

"Nanti nenek masakkan ayam goreng untukmu."

"Benarkah??" Ujar Tyan bersemangat.

*
Mereka sampai dirumah. Rumah itu sudah bersih, bunga dan berbagai tanaman terlihat segar dan bersih dari daun-daun yang telah jatuh.

Juna nampak sedang membaca buku di ruang tengah, Joe sedang menonton video dance practice di ponsel mama nya,  sedangkan Zayn masih memasak di bantu yoogi di dapur.

"Wah.. rumah ini terasa sejuk dan bersih." Ujar nenek begitu sampai.

Kucing Tyan langsung berlari ke arah Tyan begitu ia tau pemiliknya datang. Tyan menyambutnya dengan tangan yang terbuka lebar.

"Aku hanya meninggalkanmu sebentar, kau merindukanku?"

Meong..

"Kalo gitu, ayo kita main di halaman belakang. Aku belikan makanan juga untukmu."

Tyan menggendong kucingnya ke halaman belakang.

Tantan sangat gembira bermain dengan Tyan. Ia melocat dan berlari di sekitar Tyan dengan lincah.

Setelah lelah, ia akan meringkuk di depan Tyan, Tyan juga tidur tengkurap di depan Tantan.

"Tantan.. apa sekarang kamu bahagia?"

Tyan diam sejenak. Ia mengelus-elus kepala kucing kesayangannya. Kedua bibirnya merapat, pandangannya masih belum lepas dari kucingnya. Ia membayangkan banyak hal.

Nenek memperhatikan Tyan di ambang pintu yang terbuka, di belakang Tyan tanpa ia ketahui.

Dan sekali lagi, Tyan menutup kedua matanya, mengarah ke langit.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang