Pertunjukan pentas seni telah usai. Seorang anak laki-laki kecil berlari dengan wajah yang bahagia memeluk bapaknya. Masih dengan memakai pakaian tradisional dan riasan penari cilik, ia tersenyum lebar.
"Bagaimana penampilanku malam ini, pak?"
"Saaaaangat keren. Anak bapak semakin hari semakin pintar. Apa bu Yasmin mengajarimu dengan baik?"
"H'm. Bu Yasmin mengajariku berbagai jenis gerakan baru."
"Dan anak bapak dengan pintar bisa belajar semua gerakan dengan cepat."
Anak dengan tubuh mungil dan pipi yang tembem itu tersenyum. Orang-orang biasa memanggilnya Jey.
"Bapak kemarin janji mau ngajarin aku main kendang lagi."
"Ooh..!! Tentu saja. Apa kamu gak capek?"
"Gak kok, pak."
"Kalau begitu, ayo kita bantu yang lain bereskan ini semua, lalu kita pulang dan main kendang lagi. Setuju?"
Jey dengan tubuh gemol nya bersemangat dan lincah saat membantu membereskan peralatan panggung hingga selesai.
"Pak, tadi aku gak liat ibuk. Apa ibuk gak dateng lagi?" Tanya Jey dengan polos nya saat mereka berjalan pulang.
"Ibukmu kan sekarang sibuk shooting sana sini. Ibukmu sudah jadi artis sekarang."
"Sekarang aku jadi jarang liat ibuk dirumah. Lebih banyak liat ibuk di tipi."
"Iya, nanti kalau ibukmu gak ada shooting, pasti pulang kan?"
"Tapi cuma sebentar pak, trus balik lagi. Apa ibuk gak kangen sama aku?"
"Ya pasti kangen, bapak aja kangen sama anak gembul bapak yang pinter ini. Sudah sudah, ayo kita mampir ke warung makan dulu, bapak laper."
*
Jey sedang bermain dengan kendang- kendang milik bapaknya. Bapaknya ada seniman tradisional, sedangkan Jey mengikuti kelas tari tradisional di sanggar tari milik bu yasmin, salah satu anak buah bapak dalam grub paguyuban seni daerah.
Salah satu televisi sedang menayangkan kembali penampilan ibu Jey yang sedang menyanyi dan menari di atas panggung.
"Pak... Bapak.. !! Aku liat ibuk di tipi sekarang..!! Pak... !!"
Jey sangat serius melihat penampilan ibu nya di televisi sedang menyanyikan sebuah lagu pop yang baru di luncurkan.
"Kapan-kapan aku akan menari di atas panggung besar itu seperti ibuk. Aku harus berlatih keras agar bisa seperti ibuk."
Tok tok tok.. !!
Jey langsung berlari untuk membuka pintu.
"Ibuk??" Kata Jey, tangan kecil nya langsung memeluk ibu nya.
"Lepaskan. Biarkan ibu masuk."
Ibunya sangat cantik dengan balutan makeup dan baju yang mahal. Namun ekspresi wajahnya menjadi sangat angkuh.
Dia duduk di kursi tamu dan menatap seisi ruangan.
"Mana bapakmu? Bilang, ibu mencari nya."
"Bapak sedang mandi. Aku akan panggilkan."
Jey kecil langsung berlari memanggil bapaknya. Dia kembali dengan menarik bapaknya keluar.
Bapak dan ibu Jey saling bertatapan.
"Nak, bu Yasmin memanggilmu ke sanggar. Pergilah, katanya ada gerakan baru yang harus kamu pelajari."
"Benarkah? Tapi aku masih kangen sama ibuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...