Kau melihatku hari ini, lihat.
Aku masih menyembunyikan luka,
Aku terjebak dalam kobaran api
Yang ku buat,
Kau tau,
Dan menyelamatkanku.Pagi itu Nenek pulang dari membeli asesoris untuk membuat baju. Dia juga membeli kain lebih, dia ingin membuatkan kemeja untuk kedua cucu nya.
Langkahnya terhenti dia depan sebuah ganh kecil. Di kejauhan ada sekumpulan anak yang sedang menghadang seorang anak lain. Nenek mencoba mendekat, untuk melihat apa yang terjadi.
"Pergi saja kau muka pucat !!" Kata seorang anak, tubuhnya dua kali lebih besar dari anak yang mereka hadang.
"Kenapa bukan kau saja yang pergi?" Kata anak itu. Kulitnya putih pucat dan mempunyai tubuh yang kecil. Ekspresinya terlihat sangat menantang.
"Hei !! Berani sekali kau? Lihat dirimu. Tubuhmu kecil, kau juga sendiri? Apa kau berani melawan kami bertiga?" Kata anak yang lain.
"Aku tidak takut siapapun. Bahkan jika aku akan mati sekalipun."
"Kau terlalu banyak bicara, minggir !!"
Seorang anak mendorong anak kulit pucat itu. Dia ternyata melindungi seorang anak kecil yang sedang membawa sekantung snack dan kue.
"Kami hanya mau mengambil snack nya. Kenapa kau harus repot-repot membelanya?"
"Ya, apa kau mengenalnya? Enggak kan?"
"Pergi saja. Dia kan bisa beli lagi."
"Kalau kalian ingin, kenapa kalian harus mengambil milik orang lain? Beli saja sendiri."
"Kau terlalu banyak bicara !! Kau menantangku? Hah?"
Seorang dari anak nakal itu m mencengkram baju anak kulit pucat itu. Tapi anak kulit pucat itu tidak takut sama sekali, dia justri semakin melepar pandangan yang menantang.
"Apa kau ingin di hajar?"
"Apa kau berani menghajarku?"
Nenek yang sudah sedari tadi mengawasi mereka, tidak bisa tahan lagi. Dia pun langsung bergerak melerai perkelahian itu.
"Hei hei hei !! Hentikan !!" Teriak Nenek.
Anak nakal itu langsung melepaskan cengkramannya.
"Ayo, pergi !! Jangan berkelahi !!" Teriak nenek. Ketiga anak nakal itu memandang anak pucat dengan pandangan dendam dan langsung berlari.
"Apa kau baik-baik saja, Nak?" Tanya Nenek. Anak itu mengerutkan kedua alisnya tanpa bicara sedikitpun.
"Siapa namamu?" Tanya nenek lagi. Tapi anak berkulit pucat itu hanya memandang nenek dengan ekspresi yang sama dan tidak bicara sama sekali.
"Apa kau juga baik-baik saja?" Tanya nenek kepada anak satunya.
Dia mengangguk. Tapi wajahnya masih ketakutan.
"Apa yang terjadi?"
"Anak-anak tadi berusaha merebut jajan dan kue ku. Tapi kakak ini melindungiku."
"Dia bukan kakakmu?"
Anak itu menggeleng.
"Kau bersama siapa kemari?"
"Aku mau pulang, aku dari rumah nenekku. Tapi tiba-tiba aku ketemu mereka."
"Apa rumah nenekmu masih jauh?"
"Dekat dari sini, nek. "
"Sedangkan kau, dimana rumahmu?" Tanya nenek ke anak pucat itu.
"Aku tidak punya rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...