Part 81

196 23 0
                                    

Kiki sudah setengah sadar. Tubuhnya lemas. Yoogi panik melihat kondisi Kiki.

"Lukamu sangat parah. Hff.. bertahanlah."

Yoogi mengeluarkan ponselnya, dan menelpon seseorang.

"Halo? Dokter Han?"

*

Zayn baru sampai rumah. Dia berusaha menyembunyikan wajah sedihnya. Meski dia juga lupa membelikan makanan untuk adik-adiknya. Ternyata Joe dan Jey sudah memasak makanan di sana.

"Aku pulang... Uh? Siapa yang masak?"

"Kak Joe dan Jey." Jawab Tyan, dia bermain dengan Tantan di ruang tengah.

"Apa yang lain sudah pulang?"

"Kak Yoogi keluar setengah jam yang lalu. Dia terburu-buru, tapi gak bilang apa-apa. Padahal dia lagi masak." Kata Juna yang juga ada di sana, bersantai membaca buku.

Zayn menuju dapur. Disana sudah ada Joe dan Jey yang memasak.

"Kalian masak apa? Maaf, aku telat pulang."

"Ah.. gak masalah. Tumben pulang telat?" Tanya Jey.

"Emm... Tadi.. di cafe rame pengunjung.  Aku bahkan gak inget jam. Aku langsung pulang begitu bagas ngengiten jam pulang ku." Kata Zayn, berbohong.

"Ah.. sebenernya tadi kak Yoogi yang masak sendiri. Trus kami bantuin. Dia udah masak balado daging sapi, ada petenya juga loh."

"Kak yoogi paling ahli kalau di suruh masak daging."

Zayn mencicipi masakan Yoogi.

"Ini enak. Lalu, kalian masak apa?"

"Aku disuruh nglanjutin ini, udang kriuk. Ini kesukaan Tyan. Kak Yoogi buru-buru pergi jemput Kiki."

"Oh.. begitu. Baiklah."

"Aku juga lagi buat sosis dengan balutan telur dadar.

"H'm. Kiki suka itu. Lanjutkan, aku akan mandi dulu."

Jey memperhatikan Joe yang senyum-senyum sendiri saat memasak.

"Senyum.. senyum.. kak Joe lagi bahagia. Kenapa?? Apa ada tawaran baru?" Goda Jey.

"Ah.. gak kok."

"Lalu?"

"Rahasia."

"Halah, sama adik sendiri pake rahasia segala."

"Tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Cuma kamu aja yang tau."

"Oke, janji."

"Jey.. kayaknya.. aku.. suka sama Luna."

"Heh?" Kata Jey. Dia yang ikut senang melihat Joe bahagia, perlahan berubah menjadi kecewa.

"Dia.. semakin lama.. semakin aku perhatiin, semakin cantik dan.. aku rasa.. aku mulai menyukainya. Dia.. pantang menyerah."

"Ah.. bener. Luna memang cantik dan juga tipe gadis yang pantang menyerah." Kata Jey, dengan senyum memaksa.

"Aku benar-benar bahagia. Dia bahkan bilang, beruntung bisa dekat denganku. Hff.. aku harus gimana? Apa aku harus mengajaknya kencan?"

"H'm. Aku rasa begitu. Itu akan membantu kalian kenal lebih dekat."

"Ah.. ini pertama kali untukku. Apa aku harua memberi nya hadiah? Hadiah apa yang cocok untuknya?"

"Entahlah. Mungkin baju, atau bunga? Atau sepatu untuk latihan."

"Hmm.. benar juga. Aku akan memikirkannya lagi. Makasih sarannya, Jey. Kau memang adikku yang terbaik."

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang