Zayn dan Cindy sedang menikmati jalanan yang ramai oleh lalu lalang orang yang berjalan. Mereka duduk di bangku yang tersedia di sepanjang jalan itu sambil memakan sekotak martabak telur yang masih hangat.
"Ah.. ini menyenangkan." Kata Cindy, melahap sepotong martabak.
"Kau kabut lagi?" Tanya Zayn khawatir.
"Gak kok, aku hanya bolos dari bimbel. Sesekali aku juga butuh bernafas."
"Memangnya selama ini kamu gak bernafas? Hahaha."
"Aaaaa... Bukan itu maksudku."
"Lalu? Aah.. apa selama ini aku berkencan dengan gadis dari dunia lain?? Katakan, dari mana asalmu? Apa kau dari planet luar??"
"Berhenti menggodaku, Zayn."
Mereka tertawa bersama.
"Padahal.. aku sudah masuk ke universitas ternama, nilaiku masih stabil, tapi orang tuaku terus memaksaku untuk ikut bimbel dan belajar privat. Aku seperti gak punya kehidupan lain selain belajar dan tidur. Hahaha aku merasa aku sangat menyedihkan."
"Hyaa.. jangan bicara begitu. Apa memiliki pacar setampan diriku juga terasa menyedihkan bagimu? Hah? Aku juga pekerja keras."
"Haha.. kau satu-satunya orang yang memberiku warna. Hfff.. selama hidupku aku bahkan gak punya teman dekat atau pacar. Tapi sekali punya pacar, aku mendapatkan seorang yang sempurna."
"Hm... Tentu saja. Kamu harus bersyukur punya pacar yang tampan dan bakal terus tampan sepertiku. Aku akan sulit menua."
"Hmm.. benarkah?? Coba aku lihat. Ooh??? Apa ini? Kenapa aku lihat ada kerutan di daerah matamu? Berapa lama kau hidup? 118 tahun? Waah... "
"Uh? Benarkah?"
Zayn mengeluarkan ponsel dan berkaca pada kamera depan.
"Mana? Gak ada tuh. Ahh.. kamu bohongin aku yaa..waah.. Hya, apa kamu tau apa yang aku lakukan saat bangun tidur di pagi hari?"
"Gak tau. Apa?"
"Aku langsung pergi ke cermin dan melihat betaaaaapa tampannya diriku saat bangun tidur. Aku merasa, apa aku ini keturunan vampir? Aku selalu berpikir aku akan tetap tampan hingga umurku di atas 80 tahun." Kata Zayn, dengan tingkah lucunya.
"Hahahaha.. benarkah??"
"Kau tau betapa sulitnya aku membuatmu tertawa seperti ini setiap hari?"
"Maaf karna membuatmu kesulitan. Dan juga terimakasih."
Telepon Cindy berdering. Ia menjawab teleponnya.
"Hm.. aku harus pulang. Mama menyuruhku pulang sekarang. Sepertinya dia tau aku bolos bimbel." Kata Cindy. Ia melihat pengawal yang bersembunyi memata-matainya. Zayn merasa khawatir.
"Aku akan mengantarmu pulang."
"Jangan. Kau juga harus pulang kan? Adik-adikmu pasti menunggumu di rumah."
"Gak papa, masih ada lima belas menit sebelum jam makan malam. Aku akan membelikan makanan untuk mereka."
Cindy menyetujuinya.
Zayn memesan layanan taxi online dan mengantar Cindy pulang.
Sesampainya disana, mereka berhenti di persimpangan.
"Aku turun sini aja, kamu hati-hati ya?"
"Memangnya rumah kamu yang mana?"
"Rumah besar itu, tinggal belok dan jalan beberapa langkah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...