Perkembangan Juna setelah hidup bersama Zayn dan nenek berminggu-minggu semakin membuahkan hasil. Prestasi nya semakin naik. Bahkan disaat senggang ia terbiasa membaca buku dan mulai membiasakan diri menonton film yang menggunakan bahasa inggris. Kadang, di sela-sela belajarnya ia sempat menulis lirik. Itu membuat kemampuannya terasah dengan pesat.
Sore itu, Zayn tengah mencetak kue. Yah, dia selalu bekerja keras setiap hari. Juna yang melihat kepayahan Zayn langsung datangke dapur.
"Apa kali ini aku boleh membantumu, kak?"
"Apa kamu nggak sedang sibuk?"
"Ah nggak. Aku nggak ada PR atau ujian. Aku bisa membantumu kali ini."
"Nggak apa-apa kalau kamu punya kegiatan lain."
"Nggak kak. Hari ini aku memang ingin membantumu."
"Oke, baiklah. Kemarilah, aku akan mengajarimu membuat kue."
Zayn tidak ingin memberi Juna pekerjaan yang berat atau menyusahkan. Jadi dia hanya memberi tugas yang mudah seperti mengangkat kue yang matang dari oven, menghias kue, memix adonan dan menata nya dalam keranjang kue.
Dan pekerjaan pun selesai lebih cepat.
"Kau sangat hebat." Puji Zayn.
"Ah nggak, kak. Aku hanya melakukan hal-hal yang mudah. Kakak lebih hebat."
"Ah ya.. lain kali aku akan memberimu pekerjaan yang lebih berat. Ooya, bagaimana kalau kita juga menyiapakan makan malam?"
"Kakak bisa masak juga?"
"Yaah aku sering membantu nenek memasak. Setidaknya aku sudah mengenal bumbu dapur. Hahaha."
"Lalu resepnya?"
"Aku ada buku resep milik mamaku dulu. Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya."
Zayn pergi dan kembali membawa sebuah buku resep yang mulai usang. Dia membolak-balik halaman buku mencari masakan yang enak dan mudah di buat.
"Ini saja. Kayaknya gampang." Kata Zayn.
"Nasi goreng cumi? " Tanya Juna
"Iya, juga mie kuning goreng dengan sosis. Ini mudah. Kayaknya kita punya semua bahan-bahan masakannya."
Zayn mengecek bahan-bahan dan membawanya ke atas meja.
"Juna, bantu aku mencuci sawi nya. Aku akan menyiapkan nasi. Lalu kupas bawang putih dan bawang merah yang disana."
"Oke."
Juna mencuci sayur dengan air kran, Zayn mengumpulkan nasi di wadah besar. Setelah selesai, Juna mulai mengupas bawang, sedang Zayn mencuci baby cumi.
Juna lalu mencacah bawang, asal mencacah dan tidak beraturan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Juna begiti melihat cara unik Juna mengiris bawang.
"Bukankah kakak menyuruhku mengiris bawang?"
"Yah.. tapi bukan seperti itu caranya. Apa kau tidak pernah membantu pekerjaan di dapur? Bagaimana mungkin kau mengiris bawang seperti ini? Ah.. untung saja bumbu nya harus di haluskan, bagaimana jika bawangnya hanya di iris? Akan jadi apa masakannya? Ah.. aku harus mengajarimu memasak atau kau akan menghancurkan masakan setiap hari. Lain kali bertanyalah jika tidak tau," Kata Zayn sedikit mengomel dengan nada yang cepat. Zayn mulai terlihat cerewet. Juna hanya diam, merasa bersalah.
"Aku tidak berbakat memasak. Maafkan aku."
"Ahh.. baiklah. Lupakan saja. Kau harus belajar memasak sekarang. Atau kau akan selamanya menghacurkan seisi dapur" Sambil terus mengomel, Zayn menghaluskan bumbu, dan segera mengiris sawi dan memotong baby cumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fiksi Penggemar~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...