Zayn berjalan dengan langkah gontai. Udah belasan kali ia memandang kedai makanan itu. Hanya memandang, tanpa datang.
Semua ucapan wanita itu masih terngiang-ngiang di pikirannya.
"Ya, gadis itu adalah aku. Aku adalah ibu kandung mu, Zayn."
"Kami selalu memperhatikanmu bahkan sejak kamu kecil."
"Irene? Dia tidak tau. Karna itu adalah rahasia kami."
"Kami ingin mengambilmu kembali saat Irene dan suaminya meninggal, tapi kami takut kau tidak akan pernah bisa menerima kenyataan karna kau masih terlalu kecil. Kami takut kau hanya akan membenci kami."
"Kami takut, kau malu dengan keadaan kami yang tidak sebaik Irene."
"Datanglah.."
Zayn menangis. Dia masih tidak percaya walaupun bukti tes DNA itu ada di tangannya.
Di restoran itu terlihat seorang laki-laki yang sedikit lebih tua darinya, sedang sibuk mengantar makanan di meja-meja pelanggan yang tersebar di luar kedai. Dia terlihat ramah melayani pengunjung yang ramai.
Perlahan, kaki nya melangkah ke arah kedai itu. Bahkan air mata nya masih menetes.
Dia masuk kedalam kedai itu. Wanita itu melihatnya dan langsung datang kepadanya.
"Kau.. datang??" Kata wanita itu dengan perasaan bahagia.
"Maaf.. aku baru bisa datang... Ibu." Kata Zayn dengan suara lirih. Ibu nya seakan tidak percaya dengan panggilan baru dari Zayn, anak yang pernah ia serahkan kepada saudara angkatnya.
"Apa kau bilang? Bisa kau katakan lagi? Panggilan itu, katakan sekali lagi."
"Ibu.."
Wanita itu langsung memeluk Zayn dengan erat, pelukan seorang ibu yang juga di rindukan Zayn.
"Terimakasih.. terimakasih nak.. terimakasih karena sudah percaya.. " ibunya menangis sesenggukan.
Seorang pria paruh baya datang dengan wajah yang letih setelah mengantar pesanan makanan kerumah pelanggan.
"Sayang.. kemarilah.." kata Ibu Zayn, ia langsung menarik suaminya begitu datang.
"Ada apa? Kau habis menangis?"
"Aku menangis.... Karna aku bahagia. Lihatlah, apa kau masih ingat dengan nya?"
Pria itu memandang Zayn.
"Apa.. kau.. adalah anakku? Apa kau adalah Zayn kami?"
Tidak mungkin !! Bagaimana dia bisa tau nama ku?
Wajah pria itu memiliki kemiripan dengan Zayn. Ia sedikit banyak mewarisi wajah ayahnya.
Tanpa menunggu jawaban Zayn, ayahnya langsung memeluk Zayn dengan erat. Ia benar-benar merindukan anak bungsunya.
Zayn memejamkan mata, merasakan kehangatan baru yang ia dapatkan.
Dan bayangan keluarga nya yang dulu, kembali muncul. Mama papa yang ia kira adalah orangtua kandungnya, ternyata orang asing.
"Bagaimana kehidupanmu selama ini? Apa kau makan dengan baik? Bagaimana nenek mengajarimu selama ini?" Tanya ayahnya berturut-turut.
"Aku makan dengan baik. Nenek juga menjaga kami dengan baik. Bahkan mama dan papa juga banyak mendidikku."
"Mendidikmu?"
"H'm. Papa selalu mengajariku saat aku punya PR, dia sering mengajakku pergi ke tempat-tempat indah. Dan mama... Satu hal yang paling aku ingat.. dia selalu menyuruhku duduk dengan tegap, haha.. kalau tidak mama akan mematikan TV saat aku melihat acara kesukaanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...