Hari yang cerah di sekolah..
"Teman-teman, hari ini seluruh guru akan ada rapat dadakan. Jadi selama 2 jam kedepan sampai istirahat, akan ada jam kosong. Pak guru memberi tugas untuk kita," kata ketua kelas dengan lantang.
"Arrggghh.. kenapa harus ada tugas sih.." kata salah satu siswa.
"Dia nggak ngebiarin kita bersenang-senang sebentar." Sahut siswa lain.
"Tugas matematika, halaman 52 sampai 54, di kerjakan di lembar jawaban, dan dikumpulkan saat istirahat nanti. Aku akan membagi lembar jawabannya." Lanjut ketua kelas.
Ketua kelas di bantu wakilnya membagi kertas lembar jawaban, sekeetaris menulis ulang pemberitahuan tugas di papan tulis.
Joe membuka buku nya dengan murung, tanoa mengatakan apapun.
"Soalnya sulit sekali." Gumam Joe.
Beberapa yang lain ribut sendiri, ada yang mengerjakan sendiri, ada yang berkelompok, ada yang malah bermain, ada yanh tidur di belakanh kelas, ada yang gosip, ada yang keluar ke kantin dan masih banyak lagi.
Seseorang tiba-tiba duduk di dekatnya.
"Joe." Sapanya, sedikit mengagetkan Joe yang sedang melamun.
"Kau mengagetkanku, kamu ngapain kesini?" Tanya Joe.
"Ayo ikut."
"Kemana?"
"Sudah ikut saja."
"Tapi aku harus mengerjakan ini, ini sulit. Nanti harus di kumpulkan."
Juna melihat soal yang di berikan.
"Ah.. ini gampang. Aku akan membantumu."
"Apa kau juga dapat tugas? Apa kau sudah selesai?"
"Bawa saja bukumu, aku juga bawa bukuku. Kita kerjakan di luar. Tapi sebelumnya ikut aku dulu."
Joe pasrah, ia pun mengikuti Juna keluar dan membawa bukunya.
"Ketua, aku akan ke toilet sebentar !" teriak Joe. Ketua kelas mengangguk setelah melihat Joe sekilas.
Juna menyeret Joe pergi ke suatu ruangan. Melewati koridor sekolah yang ramai, hingga sampai dijajaran ruangan khusus untuk ekstrakulikuler dan kelas tambahan yang sunyi.
Terdengar alunan musik piano yang indah dari sebuah ruangan.
"Suara itu sepertinya nggak asing," kata Joe.
"Aku tau siapa yang membuat musik itu. Ayo."
Mereka semakin mendekat ke ruangan itu. Mereka mengintip dari kaca jendela yang lebar. Ada seseorang yang memunggungi mereka bermain piano, seorang guru memperhatikan Yoogi disampingnya.
"Bukankah dia..."
"Kak yoogi." Jawab Juna.
"Kenapa Kak Yoogi hebat sekali?"
"Karena dia banyak latihan. Kalau kau tau, aku sering melihatnya di gudang belakang,"
"Ngapain?"
"Setiap pulang sekolah, ia selalu bawa buku tulis ke gudang, bermain piano sambil menulis sesuatu."
"Apa kak yoogi membuat lagu?"
"Umm.. entahlah. Bisa jadi. Kalau memang iya, aku akan belajar dari nya." Kata Juna.
"Kak Yoogi benar-benar membuatku iri."
"Joe, semua butuh proses. Kalau kau tau cerita kak Yoogi, ah.. menurutku dia lebih tidak beruntung dari kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...