Sebelum berangkat ke sekolah, Jey mendapat pesan dari anak-anak nakal itu.
✉️ Datanglah ketempat biasa saat pulang sekolah.
Jey hanya bisa menghela nafas sambil memandang Tyan yang bermain-main dengan Kiki.
*
Yoogi bermain basket dengan tim nya di lapangan outdoor. Bakat yoogi terasah dengan baik. Tubuhnya tak setinggi timnya, tapi dia cukup lincah untuk menggirim bola dan memasukkannya dalam ring."Lempar kesana !!"
"Oper-oper !!"
"Yeeaahhh !!!!!" Seru mereka saat Yoogi berhasil memasukkan bola ke ring.
"Semua kumpul !!" Kata pelatih basket mereka. Semua berhenti dan berkumpul.
"Ingat, dua minggu lagi akan ada pelatih dari universitas yang akan memberi penilaian. Kalau kalian mendapat penilaian bagus dari mereka, tentu kalian akan lebih mudah masuk ke tim basket universitas dan akan dilatih untuk masuk ke tim nasional." Kata pelatih.
Pelatih memandang semua anak didik basketnya. Yoogi terlihat diam dan menunduk.
"Kenapa Yoogi?"
"Gak apa-apa pak. Hanya sedikit lelah."
"Baiklah. Kita lanjut latihan lagi besok. Yoogi, bapak ingin bicara denganmu sebentar. Yang lain bubar."
Sementara yang lain pergi, Yoogi dan pelatih sedikit menjauh dari tempat semula. Karin kebetulan lewat dan berhenti. Ia penasaran apa yang mereka bicarakan.
"Yoogi, apa yang terjadi. Beberapa hari ini bapak sering melihatmu murung. Apa ada masalah?"
"Saya.. sepertinya gak akan kuliah, pak."
"Kenapa? Kau bilang tim nasional adalah impian ayahmu."
"H'm. Saya memang pernah berniat ingin kuliah dan masuk ke tim nasional.."
"Kau bilang ingin masuk tapi aku pernah dengar kau membenci ayahmu."
Yoogi menghela nafas.
"Saya tidak pernah membencinya. Saya hanya kecewa."
"Lalu kenapa kau mundur sekarang?"
"Saya tidak punya uang untuk kuliah."
"Bukankah kau bilang kau bekerja part time?"
"Saya mengundurkan diri. Lagipula.. itu tidak penting sekarang. Tak apa, basket hanya hobi. Toh saya gak akan berhasil dengan basket."
"Siapa yang bilang begitu? Kau adalah andalan di tim ini. Tak apa, kau harus tetap masuk. Bapak akan bantu biayai kuliahmu. Kau juga bisa mendapatkan beasiswa bukan?"
"Gak apa-apa pak. Gak perlu. Saya permisi."
Yoogi pergi. Dia melihat Karin disana.
"Kenapa kau disini?"
"Eh.. anu.. emm.. aku.."
"Ikut aku sekarang."
Yoogi membawa Karin ke lapangan basket indoor.
"Kau benar-benar menyerah?" Tanya karin begitu mereka berdua disana.
"Entahlah."
"Aku sangat senang melihatmu memakai baju ini. Kau terlihat seperti atlet basket nasional."
Yoogi tersenyum.
"Kau selalu bilang, kalo aku gak boleh nyerah sama impianku. Aku berlatih vokal dan gitar. Setidaknya aku ada sedikit bakat yang bisa aku tunjukkan saat audisi. Kamu gak tau seberapa buruknya aku dalam bernyanyi sebelumnya. Rasanya kayak gak mungkin aku bisa mencapai impianku."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fiksi Penggemar~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...