Aku tak sanggup menahan beban lagi,
Tapi aku terlanjur terbiasa dengan ini
Bagaimana?Juna mendapat hukuman les privat dalam waktu yang cukup lama. Dikurung di dalam kamar untuk belajar. Juna menatap tumpukan buku dan kertas yang berserakan di depannya dengan pandangan kosong.
Tok tok tok, seseorang masuk.
"Aku tidak tau jika pintu nya dikunci dari luar." Seorang wanita muda masuk dengan membawa buku dan tas kecil.
"Apakah anda guru privat yang di panggil mama kemari?" Tanya Juna tanpa memandang wanita itu.
"Ahh iya. Ini terlalu mendadak, tapi tidak masalah, mama mu mengatakan jika nilai ulanganmu buruk, dan kita harus mempelajarinya lagi." Wanita itu sangat ramah. "Boleh aku tau siapa namamu?"
"Juna." Jawab Juna singat. Dia terlihat lesu.
"Aahh.. Juna. Nama yang bagus. Namaku Nagita Nima. kau bisa memanggilku, Nana atau Gita. Anggap saja aku ini kakakmu. hm?"
Juna hanya mengangguk.
"Aku memperhatikan kau terlihat murung , apa kau sedih karna nilaimu?"
"Aku tidak tau alasan yang mana yang membuatku sedih."
"Hmm.. kalau begitu ceritakan semua masalahnya atau apapun yang dipikiranmu. Katakan."
Juna memandang Gita dengan sangat dalam. Seakan bertanya apakah orang ini bisa di percaya atau tidak.
"Katakan saja, setidaknya hatimu akan sedikit lega. Jika kau tidak bicara, tidak akan ada yang tau apa masalahmu, masalah tidak akan selesai jika kau hanya diam."
Kepala Juna tertunduk. Seakan dia masiu berpikir. Sel-sek diotaknya seakan bertengkar.
Gita membelai rambut Juna dengan lembut.
"Anggap aku ini kakakmu, kau bisa mempercayaiku, aku juga akan berusaha membantu menyelesaikan masalahmu."
Juna mengehela nafas panjang.
"Aku selalu belajar dengan baik. Setiap hari aku mengikuti bimbingan belajar sampai les privat seperti ini, dari sepulang sekolah hingga malam. Dirumah pun aku masih belajar lagi..."
Juna tertunduk. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Padahal ada hal lain yang ingin aku lakukan tapi aku tidak bisa.."
"Apa.. kau menyukai sesuatu?"
Juna mengangguk.
"Aku menyukai musik. Disekolah aku sering mendengar teman-temanku mendengarkan berbagai jenis musik. Bahkan aku diam-diam belajar memainkan piano dengan guru musik disekolahku."
"Kenapa harus diam-diam?"
"Mama dan papa melarangku bermain musik, bahkan aku tidak diperbolehkan mendengarkan musik apapun. Kata mereka itu akan mengganggu konsentrasu belajarku."
"Itu tidak mungkin." Gita mulai merasa simpati.
"Tapi itulah kenyataannya. Diam-diam aku menyisihkan uang untuk membeli keyboard bekas, setiap tengah malam aku memainkannya. Aku pun diam-diam menulis lirik."
"Benarkah? Bolahkah aku melihatnya?"
Gita berusaha untuk mengembalikan mood Juna yang sedang buruk.Juna mengambil lembaran kertas yang ia sembunyikan di lemarinya bersama keyboardnya. Lalu menyerahkannya kepada Gita. Gita membaca satu persatu lirik yang Juna
"Ini bagus sekali. Aku malah seakan sedang membaca puisi. Kenapa kau pintar sekali?"
Juna tersenyum. Dia terlihat sangat manis denyan kedua lesung pipitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...