part 92

165 16 5
                                    

Seorang dengan pakaian rapi lengkap dengan jas serta kacamata hitam, mendatangi Zayn di cafenya malam itu.

"Apa.. kau bernama Zayn?"

"Uh? Ah... Iya. Anda.. siapa?"

"Ada seseorang ingin bertemu dengan anda."

"Siapa?"

"Mari, saya antar."

Dia duduk di salah satu meja cafe yang kosong. Sepasang pria dan wanita paruh baya. Zayn langsung mengenali mereka.

"Permisi.. apa.. anda ingin bertemu dengan saya?"

"Silahkam duduk."

Zayn duduk di depannya dengan perasaan gugup. Ia sangat merasa canggung karena pria itu adalah papa Cindy.

"Huh ! Kau memang punya wajah yang cukup tampan untuk mengencani gadis kaya."

"Emm.. ada yang bisa saya bantu?"

"Aku tidak akan bertele-tele. Jauhi Cindy mulai sekarang."

"T-tapi kenapa? Pak, Cindy butuh teman. Dia tertekan dan-"

"Apa yang kau tau? Kau tidak tau apa-apa. Cindy, adalah pewaris perusahaanku. Dia harus belajar dengan rajin. Semenjak bertemu denganmu, dia jadi jarang belajar."

"Kalau begitu, saya akan bicara padanya."

"Percuma saja. Dia akan menolak."

Zayn diam.

"Kami akan mengirim Cindy ke amerika untuk belajar bagaimana mengelola perusahaan."

"Itu berarti dia harus meninggalkan indonesia untuk waktu yang lama." Lanjut mama nya.

Zayn masih diam.

"Kakak laki-laki Cindy telah memiliki perusahaan sendiri, dan satu-satunya orang yany bisa mewarisi perusahaan papa nya hanya cindy. Mau tidak mau, dia adalah generasi penerus berikutnya." Lanjut mamanya.

"Untuk itu, belajarlah melupakan cindy dari sekarang. Jangan pernah menghubungi atau menemuinya lagi. Huh ! Lagipula kalian berbeda kasta. Kalian gak cocok." Kata papanya dengan nada sinis.

Zayn diam, dan menghela nafas panjang. Papa berdiri dengan wajah yang angkuh.

"Ingat ! Aku peringatkan kepadamu. Jika kau sampai ketahuan bertemu atau berhubungan dengan Cindy, aku gak akan segan-segan untuk mengjancurkan cafe ini hingga rata dengan tanah."

Zayn sangat terkejut mendengar ancaman itu.

"Dan juga.. aku sudah menyelidiki anak-anak yang tinggal bersamamu. Adik-adikmu bukan? Yah. Kalau kau anggap peringatanku ini hanya main-main, akan aku pastikan kau melihat hidup mereka hancur dalam sekejap."

Nafas zayn terasa sesak. Bagaimana bisa dia mempertaruhkan cafe dan adik-adiknya?

"Tolong rahasiakan ini dari cindy.." kata mamanya dengan lembut.

Zayn menghela nafas dan seketika berdiri.

"Tunggu." Katanya. Ia mendekat ke arah Papa Cindy.

"Saya.. saya janji. Saya gak akan mendekati Cindy lagi, ataupun bertemu dengannya. Saya juga gak akan menghubunginya. Tapi.. bisakah.. anda memberi saya kesempatan, hanya satu hari saja, untuk pergi bersamanya?"

Papa Cindy menatap Zayn dengan dingin.

"Saya gak akan membawa cindy kabur atau menyembunyikannya. Saya gak akan berani melakukan itu. Saya tidak ingin mempertaruhkan hidup adik-adik saya. Tidak. Saya hanya ingin pamit untuk terakhir kalinya dengan cindy..."

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang