Bulan demi bulan berlalu. Ujian kelulusan semakin dekat. Juna mengajak Ranya belajar di perpustakaan saat istirahat.
"Ah.. gak mau.."
"Kenapa lagi? Ujian semakin dekat. Kau harus belajar."
"Kepalaku pusing."
"Kok bisa? Apa kamu tidur malem?"
"Gak. Aku pusing karena kebanyakan belajar."
"Berapa lama waktu yang kau sebut belajar? Kau hanya belajar 30 menit saat di sekolah dan satu jam saat dirumah. Itupun udah terpotong sama makan, ngeraut pensil, nyari buku dan lain-lain sampai setengah jam. Kau hanya belajar 1 jam perhari. Kau bahkan sering mencoba mengalihkan perhatianku saat belajar." Kata Juna, tak sadar menunjukkan kepintarannya. Ranya melongo.
"Aku gak percaya ini, semakin aku kenal, semakin aku gak ngerti kalo kamu gak peka lagi."
"Peka? Apa? Aku harus peka untuk apa?" Kata Juna, ia mengecek suhu tubuh Ranya.
"Kamu ngapain?"
"Kau bilang, badanmu pusing. Tapi kayaknya suhu badanmu normal. Apa pusing itu gak selalu bersuhu tinggi? Atau.. kau dehidrasi? Tapi kayaknya gak. Wajahmu juga gak terliha pucat. Oh? Atau kau kekurangan udara? Tapi udara disini bagus dan segar. Trus kamu pusing karena apa?" Tanya Juna dengan polosnya.
"Kenapa kamu jadi cerewet sekarang?"
"Uh? Karna kamu udah jarang belajar. Kamu selalu cari alasan buat molor waktu belajar.
"Aku gak butuh belajar. Tanpa belajar pun aku udah bisa lulus bahkan kuliah."
"Apa? Kenapa kau berpikir kayak gitu sekarang?"
"Bodo ah. Pokoknya aku gak mau belajar hari ini." Kata Ranya kesal. Ia langsung pergi.
Saat pulang sekolah, Juna ingin mengajak Ranya jalan-jalam ke musium seni untuk merefresh agar dia tidak bosan belajar.
Tapi saat itu ia melihat Ranya di kelilingi oleh beberapa teman pria dari kelas lain. Mereka terlihat dekat.
Juna menelpon Ranya.
📞 Ayo pergi.
📞 Aku gak mau. Aku udah ada acara.
📞 Sama siapa?
📞 Temen-temenku.
📞 Apa aku boleh gabung?
📞 Kamu gak suka nongkrong di kafe.
📞Oh..
📞Aku mau pergi.
Telepon tertutup.
Ranya dan teman-teman prianya pergi. Beberapa gadis juga datang bergabung. Mereka terlihat senang.
"Kenapa aku ngerasa akhir-akhir ini kamu sering menghindar dariku? Dan justru pergi dengan mereka?" Gumam Juna.
Juna mengikuti Ranya pergi kali ini. Benar, mereka memang pergi ke Cafe. Juna mengirim pesan ke Ranya.
✉️ Aku ada di depan cafe. Ayo bicara.
Ranya yang menerima pesan itu celingukan. Ia melihat seseorang berdiri di depan cafe. Ranya keluar.
"Aku udah bilang, aku gak mau belajar."
"Aku gak berencana menyuruhmu belajar."
"Lalu?"
"Aku ingin bertanya sesuatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Fanfiction~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...