Seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang lusuh menggandeng anak kecil dengan langkah yang berat. Tatapannya kosong, air matanya terus mengalir tanpa ia rasakan sedikitpun.
Anak itu hanya menggenggam jari ibunya, langkah kecilnya hanya mengikuti kemanapun ibunya pergi. Ia tak banyak bertanya, tapi ia beberapa kali memandang ibunya yang hanya menangis tanpa berkata apapun.
Mereka menemui sebuah sisa festival pasar malam yang masih kosong dan sepi siang itu. Wanita itu menuntun anak laki-lakinya hingga sampai di depan komedi putar.
Wanita itu mensejajarkan dirinya di depan tubuh anaknya. Menatapnya dalam-dalam. Sekuat tenaga ia berusaha menahan air matanya.
"Sayang.. kamu anak mama yang paling mama sayangi. Kamu anak baik kan?"
Anak itu mengangguk.
Wanita itu menghela nafas panjang.
Ia memberikan sebuah amplop yang terlipat dengan rapi.
"Mama akan pergi sebentar membeli sesuatu disana. Dan jika ada orang yang menghampirimu, berikan kertas ini kepadanya. Dia akan mengantar mu ke mama."
"Aku ikut mama aja."
"Jangan, mama tau kamu lelah. Tunggulah disini. Dan ingat, jangan buka kertas ini sebelum memberikan nya kepada seseorang yang mendatangimu. Mengerti?"
"Apa mama akan pergi lama?"
"Hanya sebentar. Tunggulah disini. Ya?"
Anak itu mengangguk.
Wanita itu berjalan perlahan meninggalkan anak itu sendirian. Tanpa menoleh kebelakang sekalipun.
Tak lama, satu persatu ada orang yang datang menghampirinya dan bertanya apa yang ia lakukan disana,
"Aku sedang menunggu mamaku kembali. Mama bilang hanya pergi sebentar." Jawabnya tanpa memberikan kertas itu kepada siapapun.
Karena ia yakin, mama nya akan kembali.
Waktu terasa sangat lambat berjalan, anak itu masih berdiri dengan mengenggam kertas di tangannya. Tapi ibunya tak kunjung kembali. Ia mulai khawatir, kertas yang sedari tadi ia pegang, akhirnya muncul rasa penasaran untuk membukanya.
Ia membaca surat yang ada di dalamnya.
Dan dia . . . .
*
Siang itu Nenek ingin pergi berbelanja. Ia terbiasa mengajak salah satu cucu nya untuk membantunya membawa belanjaan yang semakin banyak karena bertambahnya anggota keluarga. Tapi hari itu tidak ada orang disana.
Namun tak lama, Juna pulang.
"Aku pulang.." katanya. Suaranya yang khas bahkan terdengar dari pintu depan.
"Kamu sudah pulang?" Tanya nenek.
"Iya nek. Sebenarnya hari ini ada jam tambahan untuk persiapan olimpiade antar sekolah, tapi guru nya sedang sakit, jadi di ganti besok."
"Ooh begitu.. hmm.. apa kamu ada kegiatan lagi setelah ini?"
"Ooh? Sekitar satu jam lagi aku harus pergi ke bimbel, nenek ingat kan kalau aku bekerja disana?"
"Ahh iya.. nenek hampir lupa."
"Ada apa nek? Kenapa rumah ini sepi sekali? Yang lain kemana?"
"Yoogi pergi ke agensi, Tyan ikut dengannya karena bosan dirumah. Joe belum pulang dari sekolah, nenek minta tolong yoogi untuk menghubunginya, sedang Zayn, dia pergi mengantar pesanan kue ke gurunya untuk acara ulangtahun anaknya, katanya juga ada yang harus mereka bicarakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Hayran Kurgu~Kisah kami terlalu menyakitkan, haruskan kami menceritakannya kepadamu?~ Ya, kami hanya bertujuh. Hidup sebagai saudara. Nenek telah menyatukan kami sebagai keluarga. Setelah nenek pergi, kami harus menghadapi semua masalah bersama-sama. Akan kah...