PAGE 5-Part 29 TYAN

462 43 2
                                    

Seorang wanita dengan pakaian lusuh tiba di rumah kontrakannya. Seorang anak menyambutnya dengan kedua mata besarnya yang polos dan senyum yang merekah.

"Bunda sudah pulang?" Tanya anak polos itu.

Wanita itu mengangguk.

"Apa kamu lapar sayang?"

Anak itu mengangguk dengan semangat. Dia sangat lapar karena tidak pernah sarapan, ia selalu makan setelah bunda nya pulang.

"Bunda bawa makanan untuk kita berdua. Ayo makan, bunda suapin ya?" Kata bunda sambil menunjukkan nasi bungkus yang ia bawa.

Anak itu mengangguk dan mereka menikmati nasi bungkus itu bersama-sama.

Setelah selesai makan siang, Tyan tertidur di pangkuan bunda nya.

BRAKK !!!

terdengar suara pintu di dobrak sangat keras. Tentu itu sangat mengagetkan bunda Tyan. Dia bergegas memeriksa apa yang terjadi.

"Mas?" Tanya bunda khawatir, ternyata orang itu adalah suaminya, ayah Tyan.

"Bagi duit." Katanya dengan nada datar.

"Aku gak punya uang mas.."

"Kamu kan habis kerja, pasti di bayar kan sama juragan."

"Ini untuk makan kita nanti malam mas.."

"Aarggghh !! Aku nggak peduli. Mana uang nya !!"

"Nggak ada mas."

"Tadi kau bilang ada. Mana?! Mana?!!"

Ayah Tyan memaksa, ia menggerogohi kantong celana istrinya mencari uang.

"Pasti ada. Mana ya? Nahh... Ini dia." Kata ayah Tyan setelah menemukan selembar uang 50 ribuan.

"Itu untuk beli beras, mas.."

"Kau kan bisa ngutang. Minggir !! Ini cukup buat beli miras. Hahahaha.. bisa senang-senang lagi malam ini."

"Mas.. kembalikan uang nya mas.. aku nggak punya uang lagi."

Bunda Tyan terus merengek agar uang yang di rampas suaminya bisa di kembalikan.

"Minggir !!!" Bentak Ayah Tyan. Ia mendorong tubuh istrinya hingga terjatuh lalu pergi meninggalkan istrinya yang menangis.

Tyan yang sudah terbangun sejak tadi, hanya bisa mengintip dari balik pintu kamarnya. Begitu ayahnya pergi, ia langsung berlari menghampiri bunda nya.

"Bunda, jangan menangis.." kata Tyan dengan polos nya. Kedua tangannya mengelap air mata di pipi bunda tercintanya.

"Bunda kenapa? Ayah jahat lagi ya sama bunda?" Tanya Tyan.

"Bunda nggak apa-apa sayang, bunda baik-baik saja." Jawab Bunda nya. Ia lantas memeluk Tyan dengan sangat erat.

Esok hari saat pagi-pagi buta, ayahnya pulang. Ia menggedor-gedor pintu dengan sangat keras dan berteriak meminta agar di bukakan pintu.

"Woooyyy !! Buka pintunya !!! Woyy !! Cepet buka pintu nya !!"

Bunda Tyan langsung terbangun dan bergegas membukakan pintu depan.

Hal yang sama selalu terjadi.

Suaminya mabuk berat, saat pintunya terbuka, ia langsung ambruk. Ia memapah suaminya hingga ke kamar.

"Ahh.. berikan aku minuman lagi. Aku belum mabuk." Celoteh suaminya.

"Mas, kamu sudah mabuk berat."

"Berikan saja minumannya. Aku masih kuat."

"Baiklah tunggu sebentar.."

Bunda Tyan memberikan segelas air putih agar suaminya diam. Dan dia meminumnya.

Tegukannya berhenti, ia melepar gelas air putih yang di minumnya.

PYAARR !!

"Bukan ini !! Ah.. kenapa kau bodoh sekali ?? Hah?? Aku minta alkohol, bukan.. ahh... Apa ini.. ahh.."

Dia pun akhirnya tertidur. Bunda membereskan pecahan gelas dan membersihkan lantainya.

Saat makan siang,

Bunda Tyan pulang untuk istirahat sekaligus makan siang bersama anak semata wayangnya.

"Makan sama telur ceplok ya?"

"Iya, Bun. Sama kecap manis ya bun?"

"Iya sayang, bunda juga beli kerupuk tadi. Ayo, cepet makan, mumpung nasi nya masih hangat."

Mereka berdua makan dengan lahap. Menu masak mereka selalu sederhana, hanya dengan telur ceplok, tahu atau tempe goreng, tumis sayur hasil memetik di kebun sendiri, mie instan bahkan saat tidak punya uang sama sekali, mereka hanya makan nasi kecap dan kerupuk.

Penghasilan mereka hanya berasal daru Bunda Tyan yang bekerja sebagai buruh harian lepas perkebunan, sedangkan Ayah Tyan dulu adalah seorang karyawan swasta, lalu dia di PHK karena pabrik mengalami krisis. Karena frustasi tidak lagi bisa mendapatkan pekerjaan, akhirnya dia selalu mabuk dan sikapnya berubah menjadi seorang yang arogan.

Ayahnya terbangun dan duduk di ruang tamu.

"Aku lapar, berikan aku makanan." Katanya datar.

Tanpa berbicara sepatah kata pun, ia langsung mengambilkan makanan yang sama.

"Apa ini? Kenapa hanya nasi kecap dan telur goreng?"

"Kita hanya bisa makan ini, mas. Tadi aku sama Tyan juga makan ini."

"Nggak !! Aku nggak mau !! Aku mau ayam goreng!"

"Kita nggak punya uang mas untuk beli ayam."

PYAARRR !!

Ayah Tyan melempar piring makanannya hingga pecah dan berceceran.

"Pokoknya aku mau makan ayam goreng !!"

"Tapi mas.. penghasilan kita nggak cukup. Kamu juga kemarin ngambil uang aku, ini aja aku harus ngutang ke warung sebelah mas.."

"Bodo amat !! Kau memang istri yang nggak berguna !! Nggak becus !! Bodoh !!"

Pria itu meninggalkan rumah bersama dengan amarahnya. Bunda Tyan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh, karena Tyan ada disana. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depan anak kesayangannya.

"Bunda, bunda jangan sedih ya.."

"Enggak sayang. Bunda nggak sedih. Bunda yang salah nggak bisa belikan ayam goreng untuk ayah."

"Ayah jahat. Ayah selalu marah-marahin Bunda."

"Ayah nggak jahat sayang. Bunda yang salah."

Masih tetap menahan air matanya, ia memeluk anak laki-lakinya tersebut.

Anak itu melepas pelukan bunda nya, kedua bola mata besarnya memandang air mata bunda nya yang terlanjur menetes. Dengan lembut, kedua ibu jari kecil Tyan mengusap air mata itu.

"Bunda jangan sedih, Tyan nggak akan nyakitin bunda kayak ayah. Tyan janji, Tyan akan jaga bunda."

Tyan menunjukkan mini boxy smile-nya, gigi-gigi kecilnya ia perlihatkan semuanya.

Bukankah itu adalah hal yang manis?

"Kau sangat mirip ayahmu dulu." Kata bundanya.

"Nggak, aku mirip bunda."

"Iya, kau sangat mirip bunda."

Bunda mengelus-elus kepala Tyan, penuh dengan cinta. Dalam pikirannya, ia kembali mengingat almarhum suaminya yang meninggal karena kecelakaan. Suaminya tertabrak sebuah mobil ketika pulang kerja.

"Setidaknya aku bisa terus mengingatmu melalui anak kita.." batin Bunda Tyan.

Hidup ini penuh dengan misteri. Bahkan mereka masih menyimpan begitu banyak pesan, tak banyak yang menyadari nya.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang